Bukankah dalam ajaran iman Katolik keluarga juga diyakini sebagai Gereja? Misa dalam Gereja Keluarga mungkin semacam kembali ke Gereja Pertama, ke era Ecclesia.
Dengan begitu, Gereja Katolik telah berperan signifikan membentuk social distancing dan mencegah kerumunan.
Sebenarnya sudah ada contoh. Sebagian kecil umat Katolik lazim mengikuti Misa Natal dan Misa Paskah yang dipimpin langsung oleh Bapak Paus dari Vatikan, lewat siaran televisi.
Jadi, saya berpikir, bukan tidak mungkin perayaan Trihari Suci Paskah dan Minggu Palma dilaksanakan lewat komunikasi elektronik. Antara lain melalui live streaming, Youtube, dan siaran televisi yang dapat diakses umat Katolik lewat gadget.
Misa Trihari Suci Paskah itu bisa saja diadakan per Keuskupan. Langsung dipimpin oleh Bapak Uskup masing-masing.Dengan demikian warna lokal Trihari Suci Paskah tetap dapat dipertahankan.
Mungkin ada yang bertanya, bagaimana dengan hosti, simbol Tubuh Kristus. Misa tidak sah apabila tidak ada hosti yang dibagikan Imam kepada Umat.
Itu bisa diatasi. Organisasi Gereja Katolik terkenal rapi dan solid sampai ke akar rumput (umat basis). Hosti yang telah diberkati bisa saja terlebih dahulu dibagikan kepada keluarga-keluarga umat lewat organisasi Wilayah Umat dan Lingkungan Umat.Â
Pada saat perayaan lewat komunikasi elektronik, hosti tersebut nanti dibagikan oleh kepala keluarga masing-masing.
Yang Mulia Bapak-Bapak Uskup se-Indonesia, sekarang ini adalah masa kritis yang memerlukan kebijakan dan keputusan besar yang tepat.
Perayaan Trihari Suci Paskah secara digital, lewat komunikasi elektronik yang telah diakui Gereja sebagai berkah jaman ini, saya pikir adalah sumbangan besar Gereja Katolik untuk bangsa ini. Karena potensinya untuk mencegah percepatan perluasan penularan Covid-19 melalui wahana ritus kolektif di gereja.
Mohon tidak mengulang lagi ritus kolektif seperti Pentahbisan Uskup Ruteng hari ini, Kamis 19 Maret 2020.