Rakyat bisa berpartisipasi dengan menjalankan program vertikalisasi drainase secara swadaya. Sebab dari target 1.8 juta lubang drainase vertikal, Â baru sekitar 1,000 lubang yang terealisasi. Partisipasi lain, warga bersedia sukarela melepas tanah dan dipindah dari bantaran sungai demi naturalisasi/normalisasi. Jadi tak perly harus digusur dulu.
Pengusaha swasta bisa mendukung lewat program CSR khusus mitigasi risiko banjir Jakarta. Â Entah untuk nendukung vertikalisasi drainase, naturalusasi sungai, ataupun tanggulusasi pantai. Â Sebab jika banjir terjadi, pengsaha swasta termasuk yang terkena dampak kerugian besar.
Tentu Pemerintah Jakarta juga harus serius menjalankan tiga program anti-banjir itu. Â Anggaran haruslah besar. Menurut kabar nilai anggarannya tahun 2020 sebesar Rp 600 miliar. Â Ini terbilang kecil. Â Bandingkan dengan anggaran revitalisasi trotoar sebesar Rp 1 triliun.
Ini aneh. Â Karena revitalisasi trotoar, seperti teramati di lapangan, justru memperluas struktur beton sepanjang jalan. Â Ini otomatis mengurangi luas bidang resapan air, sehungga meningkatkan aliran permukaan alias banjir. Â Itu sydah terjadi di Kemang Jakarta Selatan pada 1 Janyari 2020 lalu.
Artinya revitalisasi trotoar yang digalakkan Anies itu pro-banjir. Kalau begitu, bukankah seharusnya anggaran penanggulangan banjir lebih besar dari anggaran revitalisasi trotoar? Mudah-mudahan nanti bisa dinaikkan dalam perubahan anggaran tambahan. Â
Tapi, apakah program anti-banjir Jakarta ini akan terlaksana, sangat tergantung pada kemauan dan kemampuan Anies Baswedan selaku gubernur. Â Sekurangnya dia harus mau dan mampu menggusur pemukiman di bantaran kali. Â Harus mau dan mampu melibatkan peran partisipatif dan progresif dari warga dan swasta.
Jika Anies Baswedan tidak mau dan tidak mampu, mumpung masih awal tahun 2020, sebaiknya serahkan saja urusan penanggulangan banjir Jakarta kepada pemerintah pusat. Jangan karena gengsi bilangnya mau dan mampu, tapi sampai tiga tahun ke depan tidak dijalankan. Bisa tenggelam Jakarta ini di ujung pemerintahan Anies.
Begitulah pendapat saya, Felix Tani, petani mardijker, selalu jatuh miskin jika sawahnya terendam banjir.(*)
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H