Sederhana saja. Â Saya memang tidak pernah menulis untuk Kompasiana sejak mula (2014). Tapi saya menulis untuk Kompasianer di blog sosial Kompasiana. Â
Selamanya akan begitu. Tidak akan berubah. Itu resolusi saya tahun 2020.
Kompasianer bagi saya adalah khalayak maya dengan perilaku literasi yang anarkis. Khususnya perilaku baca artikel.
Kompasianer merdeka memilih membaca artikel mana saja, kapan saja, di mana saja dan dengan cara apa saja. Â Semau Kompasianer saja.
Kompasianer juga merdeka menafsir dan merespon artikel, termasuk artikel anarkis. Â Ada yang bilang aktual, menarik, bermanfaat, tidak menarik, menghibur, inspiratif, atau unik. Â
Ada yang merespon dengan komentar, atau sebaliknya tak berkomentar. Jika berkomentar ada yang santun, sadis, irrelevan, supportif, destruktif, dan biasa-biasa saja. Â
Memang tidak mudah menjajah kemerdekaan khalayak  Kompasianer yang anarkis.  Tidak mudah mengikat perhatiannya.
Tapi seorang penulis artikel anarkis tidak kenal kata "menyerah". Â Dia akan tetap menulis sampai titik terakhir di ujung artikelnya. Â
Saya hanya menulis tentang apa yang saya sukai dan kuasai dengan cara suka-suka. Intensi saya menguasai rasa suka khalayak Kompasianer yang sesuka hati. Dengan cara berusaha mempertemukan apa yang saya sukai dengan apa yang mereka ingin kuasai.
Lalu, setelah itu semua, apa hasilnya? Uang? Tidak! Â Ada yang lebih dulu sebelum uang. Â Itulah komunikasi. Lebih penting dari uang adalah terbentuknya kesepahaman tentang sesuatu hal antara dengan Kompasianer pembaca artikel saya. Sekalipun itu hanya dengan, untuk ekstrimnya, seorang Kompasianer.
Demikianlah pernyataan resolusi 2020 dari saya, Felix Tani, petani mardijker, selamanya menulis untuk Kompasianer, tidak untuk Kompasiana.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H