Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Revolusi KGB" pada Hari Natal dan Tahun Baru di Tanah Batak

23 Desember 2019   11:29 Diperbarui: 24 Desember 2019   09:38 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sasagun, kue asli orang Batak | Foto: Instagram/@batak_com

Natal dan Tahun Baru satu tarikan nafas bagi orang Batak Toba Kristiani.

Bagi orang Batak Kristen Natal adalah perayaan kelahiran Yesus Kristus, Sabda yang menjadi manusia, Penyelamat dan Pembaharu Dunia.

Sedangkan Tahun Baru adalah perayaan "kelahiran baru" bagi orang Batak. Lahir menjadi "manusia baru yang semoga lebih baik", dari tadinya "manusia lama" yang penuh salah dan dosa.

Makna Natal itu sejatinya dipanggungkan pada perayaan Tahun Baru. Setelah bersyukur dan bergembira atas kelahiran Juru Selamat, Sang Pembaharu pada Hari Natal, maka ditindak-lanjuti dengan janji dan tekad pembaruan diri pada momen Tahun Baru.

Bagi orang Batak, "kelahiran baru" itu harus dirayakan, tepat pada malam Tahun Baru dan tanggal 1 Januari setiap tahun.

Nah, di situlah, di momen Tahun Baru itu, "Revolusi KGB" melanda orang Batak pada paruh kedua tahun 1970-an.

Lantas apa itu "Revolusi KGB"? Saya akan jelaskan dengan mengisahkan budaya Tahun Baru di Desa Panatapan (pseudonim), Tanah Batak tahun 1980-an. Desa ini sekarang berada di wilayah Kabupaten Toba-Samosir.

***

Cerita Natal dan Tahun Baru di Desa Panatapan adalah kisah tipologis untuk orang Batak Toba. Artinya, bisa menggambarkan cara orang Batak kampung umumnya merayakan Natal dan Tahun Baru.

Kue Natal dan Tahun Baru adalah kelengkapan wajib bagi orang Batak di Panatapan. Sebab Natal dan Tahun Baru tanpa kue, tidak sah hukumnya. Dianggap kurang beradat jika tetamu yang datang mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru tidak disuguhi kue-kue dan minuman.

Begitulah. Satu atau dua hari sebelum Natal tiba, keluarga-keluarga di Panatapan sudah sibuk mengolah bahan dan membuat kue-kue tradisional khas Batak.

Dua jenis kue khas Batak adalah lampet (kue bugis) dan sasagun (sagon). Bahan dasarnya tepung beras, kelapa parut, dan gula enau (nira). Tepung beras ditumbuk sendiri. Kelapa beli bulat dari pasar lalu diparut sendiri. Gula nira juga beli dari pasar.

Pelengkap lampet dan sasagun itu adalah kue kambang layang (kembang goyang/loyang), kue bawang, dan kacang tojin (kacang bawang).

Minumannya terutama adalah kopi Batak dan teh manis. Tapi kemudian juga dilengkapi dengan sirop markisa buatan Medan.

Makan lampet dan sasagun dimulai pada Malam Natal. Sepulang dari kebaktian Natal di gereja. Seluruh anggota keluarga inti duduk makan bersama sambil berbincang-bincang seputar Natal. 

Misalnya tentang acara kebaktian dan keseruan tonil di gereja. Atau tentang kelucuan-kelucuan anak-anak saat marsipajojoron, menyampaikan hafalan ayat Kitab Suci di depan umat.

Puncak makan lampet dan sasagun, serta kambang layang, kue bawang, dan kacang tojin adalah pada malam Tahun Baru dan pas di hari pertama Tahun Baru.

Ada tiga momen makan kue Tahun Baru. Pertama, momen keluarga inti atau keluarga luas makan kue-kue dan minum kopi, teh, atau sirop bersama. 

Ini dilakukan persis tengah malam, pada pergantian tahun, setelah lonceng gereja berdentang menandakan pergantian tahun.

Keluarga duduk berkumpul di tengah rumah. Kepala keluarga memimpin doa. Kemudian juga memimpin "pengakuan kesalahan tahun lalu", permohonan maaf, dan janji "pembaruan hidup tahun baru" masing-masing anggota keluarga. Inilah momen rekonsiliasi keluarga untuk memasuki Tahun Baru.

Setelah saling bermaafan, lalu penyampaian nasihat dan doa dari kepala keluarga, barulah tiba makan kue-kue Natal yang penuh gelak canda.

Paling seru saat makan sasagun. Ini harus dinikmati tanpa bicara, sehingga disebut juga kue hohom (kue diam). Bentuknya yang serupa tepung membuat orang harus diam saat memakannya. Sekali bicara maka sasagun akan tersembur dari dalam mulut.

Momen kedua adalah makan saat kelompok naposo bulung, muda-mudi gereja, datang pada tengah malam pergantian tahun sampai subuh menyambangi kampung-kampung untuk berdoa dalam komunitas. Ini adalah rekonsiliasi aras komunitas yang difasilitasi muda-mudi.

Ada empat komunitas kampung di Panatapan yang mereka datangi.

Setiap selesai berdoa bersama, komunitas kampung akan menjamu muda-mudi itu dengan kue-kue dan minuman Natal dan Tahun Baru. Biasanya muda-mudi hanya makan dan minum pada kampung pertama dan kedua. 

Pada kampung ketiga dan keempat, perut sudah penuh dan kembung, sehingga kue-kue lazimnya masuk ke kantong baju dan celana.

Momen ketiga adalah rekonsiliasi terbuka pada hari pertama Tahun Baru, 1 Januari. Kerabat jauh atau warga kampung lain akan mengunjungi keluarga-keluarga di Desa Panatapan.

Saling bermaafan lalu tamu disuguhi makanan kue dan minuman Natal dan Tahun Baru. Biasanya juga ada makan siang bersama jika yang datang masih terhitung kerabat.

Tanggal 1 Januari itu juga kesempatan bagi muda-mudi untuk saling-bermaafan dan memperbaiki hubungan. Lazimnya para pemuda yang mendatangi rumah pemudi. Para pemudi akan menjamu tamunya dengan suguhan Natal dan Tahun Baru terbaik buatan tangannya sendiri.

Sering ini menjadi nilai plus bagi si pemudi, membuat si pemuda tertawan hatinya. Ini semacam berkah Tahun Baru juga. Bisa berujung di altar pemberkatan nikah.

***

Kue-kue Natal Natal dan Tahun Baru buatan sendiri di Panatapan adalah nilai lebih. Setiap tangan punya sentuhan khasnya. Sehingga rasa lampet, sasagun, kambang layang, kue bawang, dan kacang tojin tak pernah serupa dari satu ke lain rumah.

Kue dan minuman bikinan sendiri sekaligus merupakan bentuk penghargaan tinggi bagi para tamu Natal dan Tahun Baru. Lazimnya tamu sangat ingin menikmati kue-kue buatan tuan rumah, sekalipun itu misalnya hanya sasagun. Dengan secangkir kopi asli Batak, itu sudah lebih dari cukup.

Sampai pertengahan paruh kedua 1970-an, perayaan Natal dan Tahun Baru di Panatapan masih identik dengan lampet, sasagun dan kopi kental. Tak ada Natal dan Tahun Baru tanpa, minimal, sasagun.

Tapi "Revolusi KGB" datang melindas kue-kue Natal dan Tahun Baru buatan tangan sendiri itu di penghujung paruh pertama 1980-an. Kue-kue bikinan pabrik "Khong Guan Biscuits" (KGB) mulai merambah pasar-pasar di Tanah Batak.

Kue-kue kering KGB, dengan predikat "kue kota", mulai masuk menggantikan lampet, sasagun, kamvang kayang, kue bawang, dan kacang tojin.

Pada mulanya kehadiran KGB di rumah-rumah warga Panatapan adalah prestise. Bayangkan, "kue kota", itu sebuah kemewahan sekali setahun. Warga Panatapan dulu tidak ada yang membeli KGB untuk dinikmati sendiri. Itu terlalu mewah. Makan KGB harus ada momen khusus.

Memasuki paruh kedua tahun 1980-an, kehadiran KGB di rumah-rumah warga Panatapan telah menjadi semacam "tradisi baru". Lampet, sasagun, kambang layang dan kue bawang mulai menyurut.

KGB dianggap lebih praktis, enak dan bergengsi. Lampet dan kawan-kawanya dinilai terlalu merepotkan. Perlu berpeluh untuk menyiapkannya.

Tapi itulah, revolusi punya sisi positif dan negatifnya sendiri. Sisi positifnya, warga Panatapan tidak perlu berpeluh lagi untuk membuat kue Natal dan Tahun Baru. Cukup beli di pasar, lalu hidangkan. Praktis.

Sisi negatifnya adalah hilangnya sentuhan pribadi tuan rumah sebagai wujud penghargaan pada tetamu. Dengan KGB maka "rasa" Natal dan Tahun Baru menjadi sama dari satu ke lain rumah. Itulah "rasa pabrik" yang kesan pertama enak, selanjutnya membosankan. 

Bayangkan jika harus makan buskuit denfan rasa serupa di dalam sepuluh rumah dalam satu hari. Itu siksaan selera, kecuali mungkin bagi para "maniak buskuit".

Memasuki milenium ketiga ini, di Panatapan telah timbul kerinduan pada kue-kue Natal dan Tahun Baru asli Batak. Warga dan tetamu rindu pada lampet, sasagun, kambang layang, kue bawang, dan kacang tojin buatan tangan tuan rumah. 

Sebab KGB dan ragam kue-kue pabrikan bukan lagi sajian berprestise. Semua orang kini bisa beli di pasar.

Tapi lebih dari "rasa kue", yang hilang akibat revolusi KGB adalah "sentuhan sosial" pada perayaan Natal dan Tahun Baru di Panatapan. 

Proses pembuatan kue-kue Natal dan Tahun Baru asli Batak itu adalah proses awal rekonsiliasi sosial dalam keluarga yang berlangsung sampai Tahun Baru tiba. 

Proses pembuatannya melibatkan kerja sama antar anggota keluarga. Bahkan antar keluarga saat pekerjaan menepung beras yang butuh banyak tenaga.

Hasil jerih-payah itu juga yang disajikan pada para tetamu pada saat Tahun Baru. Membuat tamu merasa terhormat. Karena boleh menikmati hasil jerih-payah tuan rumah. 

Itu meninggalkan kesan baik mendalam, sebagai awal yang bagus untuk rekonsiliasi sosial memasuki Tahun Baru.

***

Natal dan Tahun Baru bukanlah tradisi asli orang Batak. Tradisi itu datang bersama ajaran agama Kristiani oleh para zendeling Protestan dan missionaris Katolik di sana. 

Sajian kue-kue asli Batak pada momen Natal dan Tahun Baru sejatinya adalah bagian dari pemaknaan Natal dan Tahun Baru menurut tafsir budaya Batak Toba. Sayang nilai lebih tafsir itu kini memudar oleh revolusi KGB (dan kue-kue pabrikan). 

Saya tak hendak menyalahkan KGB dan kue-kue pabrikan. Mereka hanya berbisnis, menawarkan rasa dan kepraktisan.

Saya hanya ingin menggugat kembali warga Panatapan atau Batak Toba umumnya. Bisakah kita mengembalikan lagi sentuhan pribadi dan sentuhan sosial pada Natal dan Tahun Baru? 

Caranya simpel: kembali pada minimal lampet, sasagun, kambang layang dan kopi buatan sendiri khusus pada Natal dan Tahun Baru. 

Begitu saja catatan saya, Felix Tani, petani mardijker, rindu lampet, sasagun, kambang layang dan secangkir kopi pahit pada malam pergantian tahun.(*)

"Selamat Natal dan Tahun Baru bagi rekan-rekan Kompasianer yang merayakannya. Mohon maaf atas segala ketakpantasan daya selama ini. Salam damai." Dari saya: Felix Tani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun