Saya harus membatalkan sekitar delapan pesanan ojek on-line sehingga akun saya diblokir provider karena terlalu banyak membatalkan pesanan. Boleh pesan 1 jam lagi. Bagus sekali, ya. Saya sudah menunggu ojek online hampir 30 menit tanpa hasil. Bukan salah saya ataupun tukang ojek. Tapi salah keadaan.
Di tengah kebingungan mendapatkan cara menemukan ojek pasca-blokir akun, tiba-tiba terdengar tembakan gas air mata bertalu-talu di seberang flyover Slipi, kira-kira di depan manggala Wanabhakti.
Saya masih bersikap tenang sampai mendadak satu ampul gas air mata mendarat tepat 3 meter di belakang saya. Saya langsung lari menghindar, sambil berpikir bagaimana caranya gas air mata itu ditembakkan melewati flyover Slipi. Itu kan jarak yang jauh. Apa polisi tidak tahu di seberang sini ada orang tua yang sedang panik karena akun ojek onlinenya diblokir?
Di tengah kebingungan, saya berlari menyeberangi Jalan Pejompongan Raya ke sisi barat. Di tepi jalan saya mulai celingak-celinguk mencari ojek.
Tuhan memang maha baik pada orang tua yang sedang kebingungan. Tiba-tiba ada tukang ojek pangkalan berhenti di depan saya, dan menawarkan jasanya. Wah, pucuk dicinta ulam tiba.Â
"Ke stasiun MRT Benhil, berapa, Pak?" tawarku.
"Lima belas ribu saja, ya?" jawabnya.Â
Saya langsung lompat ke boncengan Abang Ojek, tanpa berpikir apakah Rp 15,000 itu mahal atau tidak. Yang penting saya bisa bebas dari cekaman pelajaran demonstrasi para pelajar SLTA dan SLTP ini. Daripada kena gas air mata atau lemparan batu di jidat, lebih baik menghindar secepat mungkin. Lagi pula kawasan Pejompongan sangat asing bagi saya, sehingga potensi nyasar jika lari menyelamatkan diri sangat besar.
Demikian sekadar berbagi pengalaman hampir terjebak di tengah demonstrasi pelajar penolak UU KPKK dan RKUHP di sekitar Manggala Wanabhakti dan Slipi/Pejompongan.
Pelajarannya, jika usia sudah tua, sebaiknya jangffan dekat-dekat dengan lokasi demonstrasi. Selalu ada risiko kena gas air mata atau batu nyasar. Orang tua, karena faktor fisik renta, sungguh sukar menyelamatkan diri. Tidak semua orang beruntung seperti saya dapat kiriman ojek pangkalan dari Tuhan.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H