Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jembatan Porsea, Ajang Pertempuran pada Perang Dunia II

17 Juni 2019   14:37 Diperbarui: 17 Juni 2019   18:25 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waduk Air Terjun Siguragura, sumber tenaga air untuk PLTA Asahan (Foto: twisata.com)

Sebelumnya, sebagai antisipasi, sejak akhir Februari 1942 Belanda sudah memperkuat pertahanan di Porsea. Satu kompi pasukan disiapkan di Vervolg School (Sekolah Dasar), Parparean, persis di ujung selatan jembatan. Patroli digiatkan ke arah utara Porsea. Juga ke arah barat, ke Ulubius, Lumban Manurung, sampai Janjimatogu di teluk yang menjadi pangkal Sungai Asahan.

Jembatan Porsea kini (Foto: detiktravel.com)
Jembatan Porsea kini (Foto: detiktravel.com)
Untuk memutus gerak tentara Jepang ke selatan, pasukan Belanda berencana meledakkan jembatan Porsea, jika keadaan memaksa. Karena itu pada tiang-tiang jembatan telah diikatkan sejumlah dinamit yang dihubungkan dengan kabel ke detonator di Vervolg School.

Pertempuran meletus tanggal 9 Maret 1942, di luar skenario tentara Belanda. Pasukan Jepang tidak menyerang lewat darat. Tapi lewat danau dan sungai yang luput dari pengawasan tentara Belanda. 

Berdasar kesaksian sejumlah warga Janjimatogu, sekitar pukul 18.00 pada hari itu, ada dua perahu karet memasuki teluk Janjimatogu dan bergerak ke hulu Sungai Asahan.

Sekitar pukul 20.00, menurut kesaksian sejumlah warga di Lumban Manurung, pasukan Jepang mendarat ke tepi sungai dan keluar dari perahu karet. Beberapa orang kemudian berenang ke arah hilir, menyelinap ke bawah jembatan, lalu memotong semua kabel penghubung dinamit ke detonator di Vervolg School Parparean.

Pertempuran antara tentara Belanda dan tentara Jepang pecah sekitar pukul 21.00. Diawali dengan berhentinya seorang petugas patroli bersepeda motor Belanda di mulut jembatan ujung utara. 

Ketika petugas patroli itu memberi isyarat dengan lampu sepeda motornya kepada tentara Belanda di ujung selatan jembatan, tiba-tiba terdengar letusan senjata api dan sebutir peluru menembus tubuh dan menewaskan petugas tersebut. Serta-merta rentetan letusan tembakan balas-membalas memenuhi udara jembatan Porsea. Peluru-peluru berdesingan menewaskan sejumlah tentara Belanda dan Jepang.

Sejarah mencatat, pertempuran itu dimenangi tentara Jepang. Jembatan Porsea, yang selamat dari peledakan, adalah saksi bisu pertempuran tersebut.

Prasasti Perang Dunia II di Jembatan Porsea (Foto: tanobatak.wordpress.com)
Prasasti Perang Dunia II di Jembatan Porsea (Foto: tanobatak.wordpress.com)
Sebagai peringatan akan pertempuran jembatan Porsea, pada tanggal 16 November 1997 Dinas Pariwisata Provinsi Sumut meresmikan Prasasti Perang Dunia II yang didirikan di sisi timur mulut utara jembatan. Prasasti ini dibangun bekerja sama dengan Yayasan Arjuna dan Yayasan Perhimpunan Pecinta Danau Toba.

Pada prasasti itu tertulis: "Pada tanggal 9-10 Maret 1942 semasa Perang Dunia Kedua, di tempat ini terjadi pertempuran sengit untuk perebutan jembatan Asahan. Sembilan serdadu keturunan Belanda dan beberapa padukan Jepang terbunuh dan sungai Asahan menjadi tempat kuburannya."

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun