Secara historis pulau Samosir dihuni oleh marga-marga Batak Toba dari belahan Lontung, keturunan Si Raja Ilontungon. Marga-marga ini mencakup Situmorang, Sinaga, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, dan Siregar. Pusat "kerajaan"-nya dulu ada di Desa Urat, Kecamatan Palipi sekarang.
Tidak ada konflik antar kelompok agama yang berbeda di pulau ini. Sebab hubungan kekerabatan "Dalihan Na Tolu" sejauh ini masih berperan sebagai simpul harmoni relasi sosial antar warga, di atas perbedaan agama. Konflik yang lazim di sana adalah sengketa agraria antar warga, atau antar warga dengan pemerintah atau pengusaha swasta.
Mata pencaharian utama penduduk Pulau Samosir adalah bertani, dengan komoditas utama padi dan bawang merah. Selain bertani, sumber nafkah lainnya tentu saja perikanan danau dan industri pariwisata.
Tingkat kemakmuran penduduk Samosir boleh dikatakan sedang-sedang saja. Jumlah penduduk miskin Kabupaten Samosir per Maret 2018 masih tercatat 13.38 persen. Artinya, kemiskinan masih menjadi persoalan serius di pulau ini.
 ***
Jika Pulau Samosir menjadi ibu kota baru, misalnya dengan mengambil pantai barat yang luas dan landai sebagai lokasi, maka ada dua bidang yang diharapkan mengalami peningkatan di sana.
Pertama, ekonomi Samosir diharapkan tumbuh pesat. Kehadiran ibu kota di situ akan memicu pertumbuhan pusat-pusat kegiatan ekonomi baru di bidang agribisnis dan wisata. Hanya dua bidang ini yang dibolehkan, demi keselamatan ekologi Samosir. Kemajuan di dua bidang itu akan mengangkat ekonomi rakyat setempat.
Kedua, ekologi Samosir. Pulau ini sebenarnya untuk sebagian sudah mengalami kerusakan ekologis, terutama akibat adanya konsesi penebangan hutan di tengah pulau. Kehadiran ibu kota di pulau itu diharapkan mempersyaratkan pemulihan ekologi Samosir.
Artinya, ibu kota yang dibangun bukan saja harus selaras alam tapi, lebih dari itu, bersifat mendorong peningkatan kondisi ekologis Pulau Samosir. Jika tidak begitu, lupakan ide menjadikan Samosir sebagai sebuah ibu kota.
Dua aspek itu, pembangunan ekonomi dan ekologi Samosir, bukan saja akan meningkatkan kesejahteraan warga pulau itu, tapi juga warga luar-pulau yang mendapatkan dampak multipliernya.
Tapi tunggu dulu. Bukankah Pulau Samosir berada di ujung barat Indonesia, tepat di garis "ring of fire" yang rawan gempa? Ya, benar. Ada masalahkah?
Ya, itu tidak memenuhi syarat untuk Ibu Kota Negara RI. Lha, memang tidak. Dari awal juga saya tidak bilang untuk Ibu Kota Negara, bukan? Saya sedang berpikir tentang pemindahan Ibu Kota Sumatera Utara dari Medan ke Pulau Samosir.