Simboliknya, jika pada masa Hindia Belanda, Â di bawah Gubjen H.W. Daendels jalur "Anyer-Panarukan" adalah "rantai penderitaan rakyat", maka pada masa Indonesia Merdeka, di bawah Presiden Jokowi jalur Merak-Banyuwangi adalah "rantai kemakmuran rakyat". Â Bukan sebuah kebetulan Jokowi berencana mewujudkan 1,200 km tol Trans-Jawa, dari Merak ke Banyuwangi, untuk mendukung proses pemakmuran rakyat.
Secara teknis, merangkai rantai manusia sepanjang 1,200 km dari Merak ke Banyuwangi bukan pekerjaan sulit. Â Sepanjang jalur itu sudah ada populasi warga pendukung Jokowi-Ma'ruf lengkap dengan ranting dan cabang partai-partai dan ormas-ormas pendukungnya. Â Jadi, tinggal menggerakkan mesin partai dan ormas pendukung untuk membentuk rantai manusia "Bhinneka Tunggal Ika" sepanjang tepi jalan raya Merak-Banyuwangi. Â Rantai itu harus dipastikan tidak menyebabkan kemacetan arus lalu lintas.
Saya membayangkan satu momen "Konser Putih Bersatu" di GBK Senayan memimpin aksi menyanyikan lagu nasional "Garuda Pancasila" dan "Satu Nusa Satu Bangsa" diikuti secara serentak oleh "rantai manusia" dari Merak sampai Banyuwangi. Â Dengan bantuan Teknologi Informasi 4.0 aksi yang "bikin merinding" ini akan disiarkan ke seluruh pelosok Nusantara dan Dunia. Â
Pesan utama yang hendak disampaikan di situ adalah "NKRI Harga Mati". Â Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika tak bisa ditawar. Â Itulah kualitas yang harus dicapai oleh Kampanye Pamungkas Jokowi-Ma'ruf. Â Jangan hiraukan kuantitas massa. Â Karena pencapaian kualitas seperti itu dengan sendirinya sudah diikuti kuantitas massa.
***
Sulitkah mewujudkan "1,200 Km Rantai 'Bhinneka Tunggal Ika' Merak-Banyuwangi"? Â Seharusnya tidak sulit, jika TKN dan barisan partai serta ormas pendukung punya komitmen dan integritas kuat untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf tanggal 17 April 2019 nanti.
Secara pribadi saya menantang Ketua TKN Jokowi-Mar'ruf, Bung Eric Thohir untuk mewujudkan gagasan Kampanye Pamungkas "1,200 Km Rantai 'Bhinneka Tunggal Ika' Merak-Banyuwangi ini. Â Atau, jika Bung Eric tidak sanggup mewujudkannya, maka Felix Tani siap mengantikan posisi Bung sebagai Ketua TKN.
Demikian usulan saya, Felix Tani, petani mardijker, sudah pada taraf "muak moral" dengan iklim sosial-politik kampanye Pilpres 2019, sehingga memutuskan setelah ini puasa menulis artikel politik sampai 17 April 2019.***