Perhatikan prinsip nJawani berikut: "Sing waras ngalah." Yang berpikir waras, berakal sehat, baiklah mengalah. Jika menghadapi pihak yang melakonkan "kegilaan".
Tapi prinsip itu hanya "bena" sejauh tidak dalam konteks kontestasi memperebutkan sesuatu yang substantif. Semisal berebut pepesan kosong, ya, sing waras ngalah wae.
Jika sudah menyangkut kontestasi memperebutkan sesuatu yang sangat substantif, dalam hal ini jabatan Presiden RI, maka prinsip itu harus ditafsir-ulang secara kreatif.
Sebab "yen tan melu anglakoni, boya keduman melik, kaliren wekasanipun". Kalau tidak ikut "gila", malah tidak dapat jabatan Presiden RI, sehingga akan "lapar kekuasaan". Jadi, harus ikut "gila", tapi juga harus tetap "eling klawan waspada".
Perhatikan bahwa, setidaknya menurut hasil survei Kompas terakhir, "kegilaan" yang dipanggungkan Prabowo/Sandi telah mampu memperpendek jarak imajinasi mereka terhadap fakta kemenangan Pilpres 2019. Sudah pasti Jokowi/Maruf tak akan membiarkan imajinasi Prabowo/Sandi menjadi fakta.
Caranya dengan menerapkan hasil tafsir kreatif atas prinsip "sing waras ngalah" sebagai berikut: "Untuk menaklukkan orang gila, berlakonlah lebih gila darinya, sampai dia merasa waras lalu jeri berurusan dengan orang gila."
Dalam konteks itulah "kegilaan" yang ditampilkan Jokowi/Maruf harus dipahami. Dan sejauh ini, ujaran-ujaran "gila" dari Jokowi, juga lakon-lakon "gila"-nya, semisal kunjungan tengah malam ke kampung nelayan dan naik komuter line pulang ke Istana Bogor, telah berhasil meredam efek "kegilaan" yang dipanggungkan  Prabowo/Sandi. Jika tak berlakon "lebih gila", mungkin jarak imajinasi dengan fakta menang Pilpres akan lebih jauh pada Jokowi/Maruf.
"Kegilaan" terbaru dari Jokowi adalah ujaran "Prabowo tak percaya pada TNI", yang dilontarkannya pada kesempatan Debat ke-4 Capres. Ujaran ini tak pelak menyulut emosi Prabowo, sehingga sepanjang debat dia tampil dengan emosi tinggi, ada nada marah sekaligus arogansi, terkesan meremehkan Jokowi dan Kabinetnya, bahkan merendahkan Indonesia.
Pada akhirnya, di ujung debat, rakyat Indonesia bisa menyaksikan, bagaimana Jokowi telah "memangku" Prabowo. Dan Prabowo tak bisa lain, kecuali mengamini kata-kata Jokowi.
Maka jelas sudah, "permainan gila" kampanye Pilpres 2019 telah dimenangi Jokowi, lebih cepat dari perkiraan.
Demikian catatan saya, Felix Tani, petani mardijker, pengagum teori "jaman edan"-nya Ronggowarsito.***
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H