Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Survei Fiksional, Kegilaan Kampanye, dan Kemenangan Jokowi

31 Maret 2019   22:23 Diperbarui: 31 Maret 2019   23:08 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perhatikan prinsip nJawani berikut: "Sing waras ngalah." Yang berpikir waras, berakal sehat, baiklah mengalah. Jika menghadapi pihak yang melakonkan "kegilaan".

Tapi prinsip itu hanya "bena" sejauh tidak dalam konteks kontestasi memperebutkan sesuatu yang substantif. Semisal berebut pepesan kosong, ya, sing waras ngalah wae.

Jika sudah menyangkut kontestasi memperebutkan sesuatu yang sangat substantif, dalam hal ini jabatan Presiden RI, maka prinsip itu harus ditafsir-ulang secara kreatif.

Sebab "yen tan melu anglakoni, boya keduman melik, kaliren wekasanipun". Kalau tidak ikut "gila", malah tidak dapat jabatan Presiden RI, sehingga akan "lapar kekuasaan". Jadi, harus ikut "gila", tapi juga harus tetap "eling klawan waspada".

Perhatikan bahwa, setidaknya menurut hasil survei Kompas terakhir, "kegilaan" yang dipanggungkan Prabowo/Sandi telah mampu memperpendek jarak imajinasi mereka terhadap fakta kemenangan Pilpres 2019. Sudah pasti Jokowi/Maruf tak akan membiarkan imajinasi Prabowo/Sandi menjadi fakta.

Caranya dengan menerapkan hasil tafsir kreatif atas prinsip "sing waras ngalah" sebagai berikut: "Untuk menaklukkan orang gila, berlakonlah lebih gila darinya, sampai dia merasa waras lalu jeri berurusan dengan orang gila."

Dalam konteks itulah "kegilaan" yang ditampilkan Jokowi/Maruf harus dipahami. Dan sejauh ini, ujaran-ujaran "gila" dari Jokowi, juga lakon-lakon "gila"-nya, semisal kunjungan tengah malam ke kampung nelayan dan naik komuter line pulang ke Istana Bogor, telah berhasil meredam efek "kegilaan" yang dipanggungkan  Prabowo/Sandi. Jika tak berlakon "lebih gila", mungkin jarak imajinasi dengan fakta menang Pilpres akan lebih jauh pada Jokowi/Maruf.

"Kegilaan" terbaru dari Jokowi adalah ujaran "Prabowo tak percaya pada TNI", yang dilontarkannya pada kesempatan Debat ke-4 Capres. Ujaran ini tak pelak menyulut emosi Prabowo, sehingga sepanjang debat dia tampil dengan emosi tinggi, ada nada marah sekaligus arogansi, terkesan meremehkan Jokowi dan Kabinetnya, bahkan merendahkan Indonesia.

Pada akhirnya, di ujung debat, rakyat Indonesia bisa menyaksikan, bagaimana Jokowi telah "memangku" Prabowo. Dan Prabowo tak bisa lain, kecuali mengamini kata-kata Jokowi.

Maka jelas sudah, "permainan gila" kampanye Pilpres 2019 telah dimenangi Jokowi, lebih cepat dari perkiraan.
Demikian catatan saya, Felix Tani, petani mardijker, pengagum teori "jaman edan"-nya Ronggowarsito.***
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun