Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Debat Cawapres: Mustahil Pengukuran Diganti Penjurusan

19 Maret 2019   15:28 Diperbarui: 19 Maret 2019   16:14 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mungkin benar anak ini ingin UN dihapuskan, tapi apakah keinginan itu kebutuhannya? (Foto: tribunnews.com)

Karena Pak Sandiaga juga sudah siap dengan solusi "link and match" antara dunia pendidikan dan dunia kerja (usaha/industri).

Tentu saja tawaran Pak Sandiaga  sangat seksi menggoda.  Tapi barang siapapun yang langsung terpikat pada gagasan itu, kepadanya harus diingatkan agar berpikir ulang lagi.

Dengan sedikit "akal sehat",  maka akan jelas tampak inkonsistensi pada tawaran-tawaran Pak Sandiaga itu.

Begini.  Ujian Nasional adalah instrumen pengukuran kinerja siswa dan sekolah secara nasional.  Untuk melihat ketimpangan layanan pendidikan antar klasififikasi sekolah (negeri dan swasta) dan antardaerah.  

Atas dasar hasil UN itu kemudian bisa dirumuskan dan dilakukan solusi pemerataan layanan pendidikan.

Penelusuran Minat dan Bakat (PMB) adalah instrumen penjurusan siswa pada bidang-bidang kekhususan.  Targetnya menghasilkan lulusan-lulusan yang fokus pada kompetensi sesuai minat dan bakatnya.

Seandainya PMB dijalankan sebagai kebijakan nasional, tetaplah harus ada instrumen pengukuran kinerja siswa dan sekolah secara nasional. Semacam UN atau apapun namanya.  Sebab harus diukur ketimpangan kinerja antar siswa, sekolah, dan daerah, untuk bidang-bidang minat atau keahlian tertentu, sehingga bisa dirumuskan solusi pemerataan.

Jadi, bisa dikatakan, isu penghapusan UN dan penggantiannya dengan PMB itu tidak konsisten. Sebab "pengukuran" tak akan pernah bisa digantikan oleh "penjurusan".  Keduanya adalah "spesies" yang beda.

Gampangnya, untuk mengukur tinggi badan,  kita menggunakan "meteran", bukan?  Atau, adakah di antara kita yang pernah menggunakan "kompas"?

Begitu saja dari saya, Felix Tani, petani mardijker,  tidak pernah mengganti pH-meter (alat ukur pH tanah) dengan Anemometer (alat ukur kecepatan dan arah angin).***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun