Doa itu manifestasi bawah sadar manusia untuk mengatur Tuhan. Â Agar Dia mengabulkan keinginannya.Â
Memang judulnya permohonan. Â Dari "yang maha rendah" kepada "Yang Maha Tinggi". Â Tapi niatannya mengatur Tuhannya. Â Agar mengabulkan ini dan itu, sekarang dan selamanya.
Gejala doa mengatur Tuhan itu mungkin dilakukan setip orang yang beragama. Â Tapi biarlah saya kisahkan satu kasus saja. Â Ini terjadi di kalangan orang Batak.
***
Pada suatu hari Minggu di Porsea, saat kotbah dalam kebaktian di sebuah gereja, seorang pendeta menceritakan anekdot berikut ini. Â
"Orang Batak itu memang berjiwa pemimpin," Pak Pendeta membuka kotbahnya. Â Umat langsung membuka mata lebar-lebar. Â Termasuk Si Poltak di antaranya.
"Ada seorang bapak tua  yang sakit-sakitan.  Dia punya anak tiga orang," lanjutnya.  "Ketika anak pertama sudah menikah, dia berdoa kepada Tuhan.  Katanya, Tuhan, aku tahu usiaku tidaklah panjang.  Tapi aku mohon berilah aku sedikit umur lagi.  Sampai aku bisa melihat cucuku lahir."
"Maka Tuhan mengabulkan doanya. Cucu pertamanya lahir dengan sehat selamat. Sebagai rasa syukur pada Tuhan, dia memberikan sumbangan lumayan besar untuk gereja."
"Selang berapa lama, bapak tua itu sakit parah. Dia sedih karena dua anaknya belum menikah. Tuhan, katanya, berilah aku umur sedikit lagi. Sampai anak keduaku menikah." Umat mulai tersenyum-senyum simpul.
"Maka Tuhan mengabulkan doanya. Â Anak keduanya menikah. Â Sebagai rasa syukur dia menyumbang gereja lagi."
"Tak berapa lama kemudian, bapak tua sakit keras lagi. Â Dia sedih. Â Tuhan, doanya, mohon beri aku tambahan umur sedikit lagi. Â Sampai aku bisa melihat cucu dari anak keduaku lahir."