Sebenarnya dalam kehidupan suami isteri ada juga penggunaaan nasi sebagai simbol perasaan. Dalam sebuah cerita rakyat yang selalu dipentaskan Grup Opera Serindo ataupun Grup Opera Serada (keduanya kelompok pertunjukan sandiwara Batak), yaitu Si Boru Na Pinaksa (Gadis yang Dinikah-paksa), ada dialog seperti ini:
"Indahan aha do on. Â Malala i duru alai tata i bagasan," teriak Sang Suami meradang. Artinya: "Nasi apaan ini. Â Matang luarnya tapi mentah tengahnya." Â Dengan kata lain,"ngletis".
"Iboto ho do? Songoni ma nang rohangku hu ho. Malala jala tata!" balas Sang Isteri sengit. Artinya: "Kamu tahu nggak? Â Begitulah rasa hatiku padamu. Â Hancur dan mentah!" Waduh, kelanjutan ceritanya silahkan bayangkan sendirilah.
Begitu saja dari saya, Felix Tani, petani mardijker, makan nasi bukan pilihan tetapi ajar budaya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H