Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Komedi Kompasiana: Tiga Murid Hebat, Satu Guru Lemot

21 Februari 2019   13:41 Diperbarui: 21 Februari 2019   21:22 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: tribunnews.com

Saya pikir, Susy adalah tipe Kompasianer yang konsisten membangun dan memelihara jaringan komunikasi dengan sesama Kompasianer.  Maka tidak heran jika rata-rata per artikelnya dilihat pembaca sebanyak 1,006 kali.  

Pebrianov, sebenarnya hampir serupa dengan Susy. Lelaki pemalu ini juga penulis produktif untuk artikel-artikel politik dan sosial-budaya. Sudah menulis 1,187 judul artikel dengan rata-rata keterbacaan 1,332 kali per artikel.  Dia ini juga tergolong Kompasianer "Fanatik" dengan nilai 60,165 poin.

Sebenarnya Pebrianov ini adalah arsitek yang lebih suka menulis ketimbang menggambar.  Tulisannya yang monumental sebenarnya adalah puisi-puisi sadomasokis dalam skema baku-tikam dengan Kompasianer Desol, penulis puisi yang hebat.

Tidak jelas alasannya, kenapa Pebrianov kemudian meninggalkan ranah puisi lalu fokus pada artikel politik dan sosial-budaya.  Menurut desa-desus yang tak usah dipercaya, itu ada kaitannya dengan persoalan lupa pakai celana sewaktu menulis puisi-puisi sadomasokisnya dulu. 

Satu-satunya kekalahan Pebrianov dari Susy adalah dia belum pernah sekalipun meraih sesuatu predikat dalam gelaran Kompasianival. Kendati sudah masuk nominasi.

Aji juga begitu, nomine yang tak pernah meraih satupun predikat dalam helatan Kompasianival. Tentang Aji, yang akhir-akhir ini jarang muncul, tak ada yang perlu diragukan.  Kalau soal mutu artikel.  Dia adalah penulis puisi yang mengharu-biru pembaca.   Penulis ulasan film yang hebat. 

Saya sering heran.  Bagaimana mungkin sosok yang sehari-hari berkeliaran di hutan Borneo ini sempat-sempatnya menonton film dan kemudian menuliskan resensi yang sungguh filosofis sekaligus sosiologis. Ada energi apa di belantara Kalimantan sana?  Jika dia mampu menulis puisi yang mengharu-biru, di tengah hening hutan, masih masuk akal.  Tapi, nonton film?

Ikhwal puisi-puisinya yang hebat itu sebenarnya dipicu oleh patah hati tak berkesudahan, karena kasih tak sampai pada idolanya, Vonny Cornellya yang entah di mana kini berada.  Yang jelas, bukan di Kalimantan.

Memang Aji baru menulis 590 artikel, dengan keterbacaaan rata-rata 821 kali per artikel.  Predikatnya juga baru "Penjelajah", dengan total nilai 30,890 poin.  Tapi ada nilai heebatnya:  hampir setiap artikelnya, termasuk puisi, mendapat label "Artikel Utama". 

Untuk diketahui, Aji adalah penulis ulasan pertandingan sepak bola Liga Eropa yang handal.  Ulasannya mengingatkan saya pada gaya ulasan Sindhunata di Kompas, dulu sekali.

Satu Guru Lemot

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun