Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pemenang Debat Kedua adalah Pemenang Pilpres 2019

17 Februari 2019   20:15 Diperbarui: 17 Februari 2019   20:21 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan yang sangat krusial untuk Prabowo adalah: jika benar 80% tanah dikuasai asing, maka mestinya solusi yang relevan adalah  reforma agraria dalam arti luas. Tidak semata landreform, tapi reforma akses dan aset agraria meliputi tanah, tambang, hutan, dan laut.

Termasuk dalam reforma agraria iru adalah opsi nasionalisasi perusahaan asing. Kalau benar 80 persen tanah dikuasai asing, sehingga 99 persen rakyat Indonesia hidup pas-pasan.  

Isu Beras

Masalah perberasan mestinya akan menjadi isu krusial yang sengit dalam debat malam ini.
Prabowo sudah menabuh genderang perang dengan menyebut "harga beras di Indonesia twrgolong termahal di dunia".

Faktanya harga beras termahal adalah di Jepang (Rp 57,678/kg), sedangkan Indonesia menempati urutan ke-81 (Rp 12,374/kg). Termurah adalah di Srilanka (Rp 7,168/kg).

Tapi jika dikaitkan dengan pendapatan per kapita, Jepang USD 38,474/kapita (Rp 558 juta)  dan Indonesia Rp 3,877/kapita (Rp 56 juta), maka  harga beras di Indonesia nemang lebih mahal di Indonesia ketimbang di Jepang. 

Penduduk Indonesia harus menggunakan 0.022% pendapatannya untuk membeli 1 kg beras. Sedangkan penduduk Jepang cukup menggunakan 0.010%.

Pertanyaan krusial di sini adalah bagaimana cara Prabowo  menurunkan harga beras seperti dijanjikannya? Jika dia menjawab dengan peningkatan produktivitas, maka Jokowi sudah menjalankannya. Jika melalui impor beras murah,  maka dia menjilat ludah karena sudah kadung menggufat impir beras.  

Satu hal yang perlu dicatat, jika harga beras ditekan dengan cara menekan harga gabah, maka petani akan melawan. Karena hal itu berarti pemiskinan petani. Implikasinya, kehilangan suara petani dalam Pilpres 2019.

Sebenarnya ada jalan diversifikasi pangan. Tapi perlu diketahui beras adalah instrumen kekuasaan. Setiap presiden berkepentingan untuk menegakkan beras sebagai pangan nasional. Demi tegaknya kekuasaan.

Maka menjadi sangat menarik menunggu argumen Prabowo. Bagaimana dia akan menurunkan harga beras tanpa impor  dan harus meningkatkan pendapatan petani. Tentu Jokowi juga harus punya jawaban atas masalah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun