Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makan Daging Anjing Bukan Tradisi Suku Batak

17 Desember 2018   17:13 Diperbarui: 17 Desember 2018   17:58 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: tribunnews.com

Alasannya sederhana.  Tindakan atau aktivitas "makan daging anjing" itu tak punya intensi untuk melestarikan suatu nilai budaya tertentu.  Itu adalah kegiatan somatik, atau tepatny gastronomik.  Semata untuk memuaskan indera pencecap, menikmati sensasi rasa yang sifatnya subyektif.  Tak ada muatan nilai budaya di situ.

Jika seorang Batak ditanya mengapa dia makan daging anjing, pasti jawabannya subyektif, "Karena enak",  atau "Untuk menghangatkan badan", atau "Untuk menyehatkan badan".   

Apakah benar daging anjing secara klinis dapat menghangatkan atau menyehatkan badan, atau sebenarnya itu cuma efek placebo, belum ada pembuktiannya.

Saya tidak pernah mendengar orang Batak mengklaim makan daging anjing itu sebagai tradisi yang diturunkan dari nenek-moyang mereka.

Memang kebiasaan makan daging anjing itu sudah dikenal dalam budaya makan orang Batak sejak dahulu kala. Hal ini misalnya bisa diketahui dari kisah marga Pardosi sendiri, untuk mengambil contoh guna pembuktian.

Alkisah, Raja Mardongan Siagian, leluhur marga Pardosi,  pernah bersumbah bahwa dia dan keturunannya tidak akan memakan daging anjing belang. Alasannya anjing belang miliknya telah menemukan sebuah tuhil (pahat kayu) yang hilang, yang memicu perselisihan dengan saudaranya.  

Perselisihan ini yang menjadi alasan Raja Mardongan menanggalkan marga Siagian, menggantinya dengan marga Pardosi, lalu bermigrasi ke daerah Habinsaran (dari tempat asalnya sekitar Porsea, atau daerah Uluan).

Implisit pada cerita itu, bahwa pada zaman dahulu, leluhur orang Batak memang sudah mengkonsumsi daging anjing. Baik anjing belang maupun anjing berbulu polos (kalau sudah menjadi saksang, tidak ketahuan lagi belang atau polos).  

Sungguhpun demikian, dalam budaya ekonomi orang Batak, anjing sejatinya bukan ternak pedaging.  Melainkan hewan untuk menjaga rumah/kampung, atau teman untuk berburu hewan liar ke hutan.

Mengapa orang Batak zaman dulu mengkonsumsi daging anjing, belum diketahui secara pasti. Perlu riset tersendiri untuk mengungkapkannya. 

Tapi sebagai hipotesis, mungkin ada dua alasan mengapa orang Batak dulu mengkonsumsi daging anjing peliharaannya.  Pertama, kemungkinan untuk mengontrol populasinya agar tidak terlalu banyak sehingga terhindar dari persaingan bahan makanan (karena anjing juga memakan manakanan manusia).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun