Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Boru Saniangnaga, Dewi Air Orang Batak

1 November 2018   13:09 Diperbarui: 1 November 2018   17:54 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewi Air Boru Saniangnaga

Ada beberapa versi asal-usul Boru Saniangnaga menurut mitologi Batak.  Salah satu versi menyebutkan bahwa itu adalah salah seorang putri dewa tinggi Bataraguru.  Dikisahkan dia adalah adik Boru Deakparujar, dewi pencipta bumi (Tanah Batak), yang kemudian menjadi leluhur Si Raja Batak ("Batak Pertama", canggah Boru Deakparujar).

Alkisah, atas permintaanya sendiri kepada Bataraguru, Boru Saniangnaga turun dari Benua Atas ke Benua Tengah (bumi) dan tinggal menghuni badan air.  Dengan cara begitulah Boru Saniangnaga kemudian dipercaya sebagai dewi air.

Versi lain mengatakan bahwa Boru Saniangnaga itu adalah isteri dari Boraspati ni Tano, dewa tanah, atas penjodohan Mulajadinabolon.  Maka pasangan itu menjadi pasangan tanah-air, karena Boraspati Ni Tano adalah dewa tanah berwujud bengkarung dan Boru Saniangnaga adalah dewi air berwujud ular.

Versi terakhir ini ada logikanya jika dikaitkan dengan orang Batak dulu yang hidup dalam budaya agraris.  Dua faktor dasar penentu keberhasilan usahatani, khususnya sawah, adalah kesuburan tanah dan ketersediaan air untuk irigasi. 

Dalam keyakinan paganis orang Batak tempo dulu, ada kuasa-kuasa penentu atau penyelenggara dua faktor itu.  Itulah kuasa Boraspati ni Tano, dewa tanah dan kuasa dewi air, Boru Saniangnaga.

Penegasan Boru Saniangnaga sebagai dewi air jelas dinyatakan dalam penggalan tonggo-tonggo (doa) Boru Saniangnaga berikut:

"Naga na marjullak goar ni mualmi, si raja mangarabuk goar ni sampuranmi, si raja mumbakumbak goar ni umbakmi, si raja mompasompas goar ni pasirmi, si boru menakenak di bagasan aekmi".

Artinya, kurang-lebih:  "Naga membuncah nama telagamu, raja menyiram nama air terjunmu, raja menggulung nama ombakmu, raja melabuh nama pantaimu, dewi membisu engkau di kedalaman airmu."

Penggalan tonggo-tonggo itu tegas meneguhkan kuasa Boru Saniangnaga atas seluruh badan air di bumi.  Mulai dari telaga atau mata air (homban) di hulu, sungai (dengan air terjunnya), sampai danau dan lautan. 

Komunitas-komunitas asli Batak lazim memiliki satu sumber air atau mata air bersama yang disebut homban.  Homban diyakini berada di bawah  kuasa  Boru Saniangnaga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun