Ketika pemerintahan Jokowi/Ahok/Jarot datang dengan gagasan normalisasi sungai, yang untuk sebagian implementasinya berupa sistem PPSU, Â maka praktis selokan Gang Sapi juga terkontrol dan terpelihara.
Sistem PPSU juga mendorong peranserta aktif warga dalam memelihara kebersihan selokan, secara interaktif dengan petugas PPSU.
Ada gagasan dan ada kerja (implementasi). Itu yang mengubah tragedi kepemilikan bersama di selokan Gang Sapi, menjadi kebaikan pemilikan bersama.
Pada tahun pertama pemerintahan Anies Baswedan, ada gagasan naturalisasi sungai, tapi tak ada kerja dalam arti implementasi gagasan itu. Sementara gagasan dan kerja PPSU/normalisasi sungai diterima dan dijalankan setengah hati.
Akibatnya, selokan Gang Sapi menunjukkan gejala kembalui ke situasi tragedi kepemilikan bersama.
Dua: Revolusi dari Atas Menggerakkan Peranserta Warga
Ketika pemerintahan Sutitoso dan Fauzi Bowo datang tanpa gagasan dan tanpa kerja terkait pemeligaraan sungai dan selokan, maka saat itu juga tidak ada  inisiatif warga Gang Sapi memelihara kebersihan selokannya. Sebaliknya, warga justru menjadikan selokan sebagai tempat buang sampah favorit.
Sistem PPSU yang digagas dan dijalankan pemerintahan Jokowi/Ahok/Jarot, yang diintegrasikan pada program normalisasi sungai, berhasil merangsang inisiatif dan kemudian peranserta warga Gang Sapi dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan pemukiman khususnya selokan.
Kuncinya adalah kehadiran rutin petugas PPSU untuk menangani masalah-masalah prasarana dan sarana umum, termasuk kerapihan dan kebersihan selokan. Disiplin ketat petugas mendorong warga untuk berdisiplin juga membuang sampah atau limbah rumahtangga. Hal yang tak terjadi pada masa sebelumnya.
Sistem PPSU itu merupakan wujud "revolusi dari atas", yaitu digagas dan digerakkan pemerintahan Jokowi/Ahok/Jarot. Â Dengan cara revolusioner seperti itu, peranserta masyarakat dapat dibangkitkan dan dipelihara kelanggengannya.
Tanpa "revolusi dari atas" semacam itu, maka peranserta warga tak berkembang. Inilah yang terjadi dalam setahun pertama pemerintahan Anies Baswedan. Ada gagasan "naturalisasi sungai" yang sebenarnya revolusioner, tapi tidak ada prakteknya di lapangan. Akibatnya, peranserta warga Gang Sapi yang sudah sempat tumbuh, menjadi layu kembali.