Yang ada justru "waringisasi" sungai, sekaligus penggunaan teknologi nano buble dan yeknologi mikroba untuk menghilangkan bau Kali Item. Jadi bukan madalah pencemarannya yang diatasi melainkan masalah  bau busuk yang menyeruak ke Wasma Atlet Kemayoran.
Kalau sekarang Kali Item tak bau lagi, maka itu capaian semu. Begitu efek nano buble dan mikroba habis, dan selubung  waring dibuka, maka bau Kali Item akan menyeruak kembali. Â
Sebab masalah utamanya, yaitu pencemaran badan sungai oleh limbah domestik dan industri kecil/rumahan, tidak teratasi. Â
***
Tiga kasus di atas cukup untuk menarik kesimpulan adanya gejala pembangunan semu di Jakarta. Â
Intinya kini Jakarta hanya berlari heboh di tempat, tidak bergerak maju. Fakta kemajuan yang tampak adalah kondisi semu, tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
Bukan sebuah kebetulan bahwa Pemda Jakarta kini sangat gencar  dengan  program biutifikasi Jakarta. Itu kata lain untuk kamuflase, menyembunyikan kekumuhan di balik aneka gambar warna-warni ceria.
Yah, mau bagaimana lagi. Pak Gubernur lebih "gemar menggambar dan mewarnai", ketimbang membangun dinding-dinding baru. Mungkin begitulah :"Jakarta yang Baru" Â yang dijanjilan Pak Anies.
Itulah pendapat saya, Felix Tani, petani mardijker, tidak suka pada kesemuan.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H