Istilah "pembangunan semu" merujuk pada fakta tidak adanya kemajuan jika dihitung secara keseluruhan, tapi ada fakta kemajuan jika dihirung secara parsial.
Contoh gampangnya, program bantuan langsung tunai untuk keluarga miskin. Itu meningkatkan daya beli keluarga miskin, tetapu tidak meningkatkan pendapatan nasional. Karena sifatnya tidak  menciptakan pendapatan baru.
Maka peningkatan daya beli keluarga miskin itu sejatinya semu. Tidak mencerminkan pendapatan yang dihasilkan sendiri. Â
Dengan kata lain, tidak ada pertumbuhan. Ada gerakan hebat, tapi seperti orang lari di tempat saja. Stagnan.
Gejala pembangunan semu itulah yang kini teramati di Jakarta, hampir setahun masa kegurbernuran Pak Anies Baswedan berlalu.
Saya hendak tunjukkan dengan menampilkan beberapa kasus "program" pembangunan.
Penataan PKL
Pertama, penataan PKL. Niatnya memberdayakan golongan ekonomi lemah perkotaan di Jakarta. Â
Kasus penataan PKL di Tanahabang adalah kasus bagus untuk pembangunan semu. Menempatkan PKL di badan jalan Jatibaru tidak meningkatkan status PKL itu. Mereka tetap PKL yang informal, tidak punya status hukum yang definitif.
Tanpa pengakuan pada PKL sebagai usaha formal, tetap saja mereka periferal. Â Tidak punya kekuatan hukum untuk pengajuan kredit usaha kecil ke bank misalnya. Rawan terhadap pungli dan sewaktu-waktu bisa saja digusur.
Jadi keberadaan PKL di jalan Jatibaru itu adalah suatu capaian semu. Kelihatannya di permukaan PKL dimuliakan. Padahal sejatinya mereka "masih seperti yang dulu".