Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gejala Pembangunan Semu di Jakarta

16 Agustus 2018   22:57 Diperbarui: 16 Agustus 2018   23:10 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah "pembangunan semu" merujuk pada fakta tidak adanya kemajuan jika dihitung secara keseluruhan, tapi ada fakta kemajuan jika dihirung secara parsial.

Contoh gampangnya, program bantuan langsung tunai untuk keluarga miskin. Itu meningkatkan daya beli keluarga miskin, tetapu tidak meningkatkan pendapatan nasional. Karena sifatnya tidak  menciptakan pendapatan baru.

Maka peningkatan daya beli keluarga miskin itu sejatinya semu. Tidak mencerminkan pendapatan yang dihasilkan sendiri.  

Dengan kata lain, tidak ada pertumbuhan. Ada gerakan hebat, tapi seperti orang lari di tempat saja. Stagnan.

Gejala pembangunan semu itulah yang kini teramati di Jakarta, hampir setahun masa kegurbernuran Pak Anies Baswedan berlalu.

Saya hendak tunjukkan dengan menampilkan beberapa kasus "program" pembangunan.

Penataan PKL

Pertama, penataan PKL. Niatnya memberdayakan golongan ekonomi lemah perkotaan di Jakarta.  

Kasus penataan PKL di Tanahabang adalah kasus bagus untuk pembangunan semu. Menempatkan PKL di badan jalan Jatibaru tidak meningkatkan status PKL itu. Mereka tetap PKL yang informal, tidak punya status hukum yang definitif.

Tanpa pengakuan pada PKL sebagai usaha formal, tetap saja mereka periferal.  Tidak punya kekuatan hukum untuk pengajuan kredit usaha kecil ke bank misalnya. Rawan terhadap pungli dan sewaktu-waktu bisa saja digusur.

Jadi keberadaan PKL di jalan Jatibaru itu adalah suatu capaian semu. Kelihatannya di permukaan PKL dimuliakan. Padahal sejatinya mereka "masih seperti yang dulu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun