Ketiga, untuk menyukseskan "Balai Kota" (Anies, atau "Anies") menaklukkan "Istana Merdeka" (Jokowi), maka agama hendak dijadikan sebagai "moda produksi politik" dan rakyat (umat) sebagai "alat produksi politik" (baca: modal politik). Â Perhatikan konsistensinya dengan ujaran Amien tentang dikotomi "Partai Allah vs Partai Syaitan".Â
Kalau kesimpulan ketiga ini menjadi realitas, bukan lagi fiksi, Â maka sungguh serakah (seperti kapitalis) para tokoh politik, dan sungguh malang (seperti buruh kapitalis) nasib umat. Lagi, menurut hemat saya, penghinaan terbesar terhadap agama ialah saat menjadikannya sekadar moda produksi untuk mewujudkan ambisi politik (yang serakah).
Kesimpulan-kesimpulan sosiologi politik di atas tentulah masih bersifat hipotesis. Terbuka untuk diverifikasi atau sebaliknya difalsifikasi. Mari kita berdiskusi, atau berdebat, dengan argumen-argumen yang tak sesat pikir.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H