Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Anies Baswedan Akan Melestarikan Kemiskinan di Jakarta?

4 Desember 2017   13:31 Diperbarui: 4 Desember 2017   14:04 9189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Akuarium pasca-pembongkaran (Foto: metrotvnews.com)

Ketiga, integrasi pada organisasi sosial-ekonomi-politik modern yang sangat rendah, sebagai strategi menghindari beban biaya non-konsumsi. lh sekaligus ini juga membatasi akses sosia-ekonomi-politik mereka.n

Keempat, involusi mata pencaharian yaitu penumpukan terlalu banyak pelaku ekonomi, baik usaha mikro maupun buruh, di bidang mata pencaharian yang sama. Akibatnya, penghasilan per kapita menjadi sangat rendah, karena terjadi mekanisme "kemiskiban terbagi" (shared poverty) antar warga. Contoh, terlalu banyak warung yang menjual barang yang sama, sehingga jumlah pembeli per warung menjadi sedikit.

Kelima, tumbuhnya institusi kesejahteraan asli, sebagai jaring pengaman terhadap ragam masalah sosial. Misalnya jimpitan, jaringan kerja, iuran kematian, titip asuh anak, dan lain-lain. Ini institusi khas untuk  mengatasi berbagai masalah keterbatasan akses sosial-ekonomi-politik.

Sub-kultur kemiskinan itu, sebagaimana tercermin dari indikasi-indikasi sosiologis tadi, pada dasarnya menunjuk pada suatu "zona nyaman" untuk "hidup miskin". Komunitas kampung kumuh dan miskin seperti Kampung Akuarium cenderung akan mempertahankan kondisi struktur dan kultur mereka kini, karena mereka sudah nyaman dengan itu semua. Mereka akan menolak jika misalnya dipindah ke rusunawa yang jauh dari Kampung Akuarium.

Jadi, kalau Pak Anies bilang penataan ulang Kampung Akuarium menyesuaikan "kebutuhan warga" atau "profil sosiologis warga", maka ada risiko sub-kultur kemiskinan dan struktur komunitas miskin itulah yang ditangkap lalu direproduksi ke dalam bungkus baru. Tadinya bungkus "pemukiman horisontal kumuh", kemudian jadi "pemukiman vertikal bersih" (rumah lapis yang suatu saat pasti kumuh juga).

Jika itu yang terjadi, berarti  kondisi kemiskinan tetap dipertahankan,  hanya bungkusnya saja yang beda. Dengan kata lain, ada pembangunan (fisik), tapi tak terjadi peningkatan taraf hidup (ekonomi) komunitas. Ini bisa disebut sebagai "modernisasi (pemukiman) tanpa pembangunan (ekonomi)".

Tentu Pak Anies sudah punya tim yang mampu merancang dan mengimplementasikan penataan Kampung Akuarium sebagai "modernisasi dengan pembangunan". Sehingga yang terjadi bukan pemindahan kemiskinan dari "kampung kumuh" ke "rumah lapis". Tapi peningkatan status ekonomi warga Kampung Akuarium dari "lapis terbawah" ke "lapis menengah", syukur-syukur ke "lapis atas".***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun