Sekaligus Pak Esbeye juga mendesak agar Ahok segera diproses secara hukum, agar demo gak terjadi terus sampai “lebaran kuda” (istilah Pak Esbeye). Dengan desakan itu, implisit beliau mendukung (baca: menunggang) Demo 411, atau mrmperlskukan pendemo sebagai obyek, untuk mencapai kepentingan pribadi/kelompok yang sifatnya strategis. Paling rasional, ya, untuk mendongkrak elektabilitas anaknya, Cagub DKI Agus H.Y. Dan benar saja, pasca-Demo 411 elektabilitas Agus H.Y. langsung melejit mengungguli Ahok dan Anies. Setidaknya begitu menurut survei yang kadang bohong pake statistik dan macem-macem itu.
Perhatikan beda Pak Jokowi dan Pak Esbeye dalam merespon Demo 411. Pak Jokowi memperlakukan pihak-pihak terkait demo sebagai subyek, sementara Pak Esbeye memperlakukan sebagai obyek. Pak Jokowi memikirkan kepentingan nasional, Pak Esbeye memikirkan kepentingan pribadi.
Secara khusus perhatikan bahwa Pak Jokowi mau bertemu dengan pihak lain dalam pola hubungan “subyek-subyek”, khas “marketer”. Sedangkan Pak Esbeye mau bertemu dengan pihak lain dalam pola hubungan “subyek-obyek”, khas “musketer”.
Jadi masih berpikir Pak Jokowi bisa “bertemu” dengan Pak Esbeye? Mungkinkah “marketer” ketemu dengan “musketer”? Rasanya gak mungkin deh, kecuali bila “lebaran kuda” (SBY, 2016) tiba. Mungkin, lho!(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H