Umur pendek memungkinkan padi ditanam dua kali setahun. Sehingga luas tanam/panen meningkat lipat dua. Karena potensi produktivitasnya tinggi, maka produksi keseluruhannya juga menjadi tinggi. Itulah yang telah memberikan surplus beras bagi NTB.
Ketika sejumlah pejabat dan petugas Dinas Pertanian setempat menanyakan penilaian saya tentang capaian pangan NTB, saya hanya bisa bilang, “NTB hebat dan masih bisa lebih hebat lagi!”
Sambil duduk melingkar di saung tani di Puyung, Lombok Tengah, saya coba memberi gambaran.
Dalam pandangan saya, melalui peningkatan adopsi padi varietas unggul, produktivitas padi NTB masih bisa ditingkatkan sampai 5.5 ton GKP/ha. Pada angka itu, jika luas panen tetap 468.5 ribu ha, maka total produksi akan mencapai 2.58 juta ton GKP. Atau sekitar 1.6 juta ton beras. Ini memungkinkan surplus beras 0.9 juta ton.
Ya, seperti saya bilang, NTB hebat dan masih bisa lebih hebat lagi. Provinsi ini telah bertransformasi dari wilayah “rawan pangan” menjadi wilayah “surplus beras”. Dengan peningkatan adopsi benih unggul, dengan cepat provinsi ini dapat memproklamirkan diri sebagai “Lumbung Beras Nasional”.
Komitmen Pemerintah NTB tidak perlu dipertanyakan lagi. Data kinerja pangan telah berbicara sendiri.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H