Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Nusa Tenggara Barat, Dari Rawan Pangan ke Surplus Beras

1 Agustus 2016   14:02 Diperbarui: 1 Agustus 2016   14:22 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umur pendek memungkinkan  padi ditanam dua kali setahun. Sehingga  luas tanam/panen meningkat lipat dua. Karena potensi produktivitasnya tinggi, maka produksi keseluruhannya juga menjadi tinggi. Itulah yang telah memberikan surplus beras bagi NTB.

Ketika sejumlah pejabat dan petugas Dinas Pertanian setempat menanyakan penilaian  saya tentang capaian pangan NTB,  saya hanya bisa bilang, “NTB hebat dan masih bisa lebih hebat lagi!”

Sambil duduk melingkar di saung tani di Puyung, Lombok Tengah, saya coba memberi gambaran. 

Dalam pandangan saya, melalui peningkatan adopsi padi varietas unggul,  produktivitas padi NTB masih bisa ditingkatkan sampai 5.5 ton GKP/ha. Pada angka itu, jika luas panen tetap 468.5 ribu ha, maka total produksi akan mencapai 2.58 juta ton GKP. Atau sekitar 1.6 juta ton beras. Ini memungkinkan surplus beras 0.9 juta ton.

Ya, seperti saya bilang, NTB hebat dan masih bisa lebih hebat lagi. Provinsi ini telah bertransformasi dari wilayah “rawan pangan” menjadi wilayah “surplus beras”. Dengan peningkatan adopsi benih unggul, dengan cepat provinsi ini dapat memproklamirkan diri sebagai “Lumbung Beras Nasional”.

Komitmen Pemerintah NTB tidak perlu dipertanyakan lagi. Data kinerja pangan telah berbicara sendiri.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun