Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tak Ada Lagi Malam dan Fajar untuk Elie Weisel

3 Juli 2016   19:26 Diperbarui: 4 Juli 2016   12:13 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Elie Weisel menutup "Malam" dan "Fajar" dengan pengakuan yang sangat mengerikan.

Di ujung "Malam" dia mengaku: "... aku ingin melihat diriku dalam kaca yang bergantung di mukaku. Aku sudah tidak pernah melihat diriku semenjak kami tinggalkan ghetto. Dari lubuk terdalam kaca itu, sosok mayat membalas pandanganku. Sorotan matanya, membalas mataku, hingga hari ini masih tetap menghantuiku."

Di ujung malam menjelang "Fajar" dia mengaku: "... malam hanya setinggal secabik saja, secabik yang sangat kecil, yang tersangkut di balik jendela. Aku menatap malam yang masih secabik itu, dan ketakutan menggenggam leherku. Cabik hitam itu, terdiri dari susa-sisa bayangan, mempunyai wajah. Aku menatap wajah itu, dan aku mengerti mengapa aku begitu takut. Wajah itu tak lain dari wajahku sendiri."

"Malam" dan "Fajar" sejatinya adalah seruan "anti-kebencian" dari seorang "nabi perdamaian" bernama Elie Weisel. Seorang "nabi" yang sangat paham betapa jahatnya kebencian, dalam posisi sebagai korban dan pelaku.

Maka sungguh pantaslah dia diganjar Nobel Perdamaian. Elie Weisel adalah penentang terdepan terhadap segala bentuk kekerasan, penindasan, dan rasialisme. Penentangan yang dialamatkannya bahkan pada kekejaman Israel di Palestina.

"Nabi perdamaian" itu telah pergi menghadap Tuhannya, yang dia kira pernah mati, Sabtu 2 Juli 2016 kemarin, pada usia 87 tahun di Amerika Serikat.

Sejak hari wafatnya itu, tak ada lagi "malam" dan "fajar" bagi Elie Weisel. Dia telah pergi ke tempat dimana "malam" dan "fajar" menyatu melahirkan "kedamaian abadi".

Elie Weisel lahir di Hungaria tahun 1928. Dia adalah satu dari sedikit orang Yahudi yang selamat dari kekejian Nazi di Auscwitz dan Buchenwald. 

Sejak tahun 1976 Elie Weisel menjadi Andrew Mellon Professor of Humanities di Boston University, dan ketua The United States Holocaust Memorial Council. Sepanjang hidupnya dia tekah menulis lebih dari 60 judul buku. Buku pertamanya, "Malam", adalah yang paling terkenal.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun