Dan, sungguh, demikianlah yang terjadi. Saya hampir menitikkan air mata, melihat 8 pasang mata rekan-rekan tenaga kontrak itu berkerlip cerlang laksana bintang-bintang, pada hari mereka menerima amplop-amplop THR dari staf saya, setelah tiga hari dalam penantian tak pasti.
Dalam hati saya berkata, bahwa demi kegembiraan yang meluap dari rekan-rekan tenaga kontrak itu, saya rela menanggung akibatnya, apabila zakat profesi untuk THR itu adalah sebuah kesalahan, khususnya berkaitan dengan kekatolikan saya.(*)
*)Kepada rekan-rekan Muslim, saya mohon maaf apabila isi tulisan ini mengandung kesalahan atau sesuatu yang tak berkenan. Saya hanya sekadar berbagi pengalaman “ikhlas”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H