Kedua, terkait faktor miras/tuak. Bengkulu bukan satu-satunya propinsi dengan konsumsi miras/tuak tinggi. Sumatera Utara, NTT, Sulawesi Utara, Papua Barat, dan Papua juga dikenal dengan tingkat konsumsi miras/tuak tinggi. Pertanyaan: mengapa di propinsi-propinsi itu tak ada kejadian serupa kasus Yy?
Juga pertanyaan ini: apakah niat jahat, dalam hal ini niat rudapaksa, timbul akibat mabuk miras atau timbul sebelum mabuk, sehingga mabuk bukan penyebab melainkan pengkondisian?
Ketiga, terkait faktor patriarki. Gejala patriarki di Bengkulu tak sekental di Sumatera Utara, NTT, Sulawesi Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Pertanyaan: mengapa di propinsi-propinsi itu tak terjadi peristiwa serupa kasus Yy?
Pertanyaan tambahan: apakah di Sumatera Barat yang menganut matrilineal tidak terjadi tindak kejahatan rudapaksa?
Keempat, terkait fungsi kontrol sosial institusi keluarga, komunitas, pendidikan, dan keagamaan. Pertanyaan: apakah institusi keluarga, komunitas, pendidikan, dan keagamaan di Bengkulu mengalami disfungsi, sehingga tak mampu menangkal amoralitas yang mendasari rudapaksa?
Atau, pertanyaan semaksud: apakah masyarakat Bengkulu, khususnya Rejang Lebong, sedang mengalami gejala gagal institusi?
Karena tak menemukan jawaban memuaskan, maka saya berusaha mencari satu penjelasan alternatif untuk kasus Yy. Saya menjajagi sebuah penjelasan sosiologis, yang menempatkan kasus Yy sebagai satu peristiwa dalam sebuah gejala sosial besar. Atau semacam puncak “gunung es” permasalahan sosial di PUT, Rejang Lebong, Bengkulu.
Untuk itu, saya akan memilah hipotesis tadi ke dalam tiga sub-hipotesis berikut: Negara alpa di PUT, Rejang Lebong; Perbanditan meraja di PUT, Rejang Lebong; dan Rudapaksa menjadi keniscayaan di PUT Rejang Lebong.
Negara Alpa
Saya mulai dengan sub-hipotesis pertama, “Negara alpa di PUT, Rejang Lebong.”
Negara diartikan di sini sebagai organisasi kekuasan legal-formal yang memiliki wewenang tertinggi untuk mengatur dan kewajiban utama untuk memakmurkan masyarakat yang dikuasainya (bdk. J.H.A. Logemann, M. Weber, dan H.J. Laski).