Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Negara, Bandit dan Rudapaksa: Hipotesis Tragedi Bengkulu

20 Mei 2016   13:28 Diperbarui: 20 Mei 2016   13:42 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kedua, terkait faktor miras/tuak.   Bengkulu bukan satu-satunya propinsi dengan konsumsi miras/tuak tinggi.   Sumatera Utara, NTT, Sulawesi Utara, Papua Barat, dan Papua juga dikenal dengan tingkat konsumsi miras/tuak tinggi.  Pertanyaan: mengapa di propinsi-propinsi itu tak ada kejadian serupa kasus Yy?

Juga pertanyaan ini:  apakah niat jahat, dalam hal ini niat rudapaksa, timbul akibat mabuk miras atau timbul sebelum mabuk, sehingga mabuk bukan penyebab melainkan pengkondisian?

Ketiga, terkait faktor patriarki.   Gejala patriarki di Bengkulu tak sekental di Sumatera Utara, NTT, Sulawesi Utara,  Maluku, Papua Barat dan Papua.  Pertanyaan:  mengapa di propinsi-propinsi itu tak terjadi peristiwa serupa kasus Yy?

Pertanyaan tambahan:  apakah di Sumatera Barat yang menganut matrilineal tidak terjadi tindak kejahatan rudapaksa?

Keempat, terkait fungsi kontrol sosial institusi keluarga, komunitas, pendidikan, dan keagamaan.  Pertanyaan:  apakah institusi keluarga, komunitas, pendidikan, dan keagamaan di Bengkulu mengalami disfungsi, sehingga tak mampu menangkal amoralitas yang mendasari rudapaksa?

Atau, pertanyaan semaksud:  apakah masyarakat Bengkulu, khususnya Rejang Lebong, sedang mengalami gejala gagal institusi?

Karena tak menemukan jawaban memuaskan, maka saya berusaha mencari  satu penjelasan alternatif untuk kasus Yy.  Saya menjajagi sebuah penjelasan sosiologis, yang menempatkan kasus Yy sebagai satu peristiwa dalam sebuah gejala sosial besar.  Atau semacam puncak “gunung es” permasalahan sosial di PUT, Rejang Lebong, Bengkulu.

Untuk itu, saya akan memilah hipotesis tadi ke dalam tiga sub-hipotesis berikut:  Negara alpa di PUT, Rejang Lebong; Perbanditan meraja di PUT, Rejang Lebong; dan Rudapaksa menjadi keniscayaan di PUT Rejang Lebong.

Negara Alpa

Saya mulai dengan sub-hipotesis pertama, “Negara alpa di PUT, Rejang Lebong.”

Negara diartikan di sini sebagai organisasi kekuasan legal-formal yang memiliki wewenang tertinggi untuk mengatur dan kewajiban utama untuk memakmurkan masyarakat yang dikuasainya (bdk.  J.H.A. Logemann, M. Weber, dan H.J. Laski).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun