Produksi padi sebanyak itu akan terkendala keterbatasan lahan dan air irigasi. Konversi lahan sawah menjadi kawasan non-pertanian dan pertanian non-pangan akan meningkat seiring tekanan pertumbuhan penduduk dan industrialisasi. Diperkirakan luas baku sawah menciut 25.0% sehingga hanya tersisa 5.0 juta ha.
Di sinilah letak relevansi visi Soekarno. Untuk kompensasi penciutan sawah, maka areal padi ladang harus diperluas dari 1.1 juta ha (2015) menjadi sedikitnya 5.0 juta ha. Sehingga tersedia luas baku areal usahatani padi 10.0 juta ha untuk produksi 89.86 juta ton GKG tahun 2035.
Dengan luas baku sawah dan ladang masing-masing 5.0 juta ha, swasembada tak akan tercapai tahun 2035 jika inovasi benih padi stagnan. Jika produktivitas padi sawah tetap 5.4 ton GKG/ha seperti sekarang, dari luas panen 10.0 juta ha per tahun (IP 2.0) akan diperoleh 54.0 juta ton. Jika produktivitas padi ladang tetap 3.3 ton GKG/ha, dari luas panen 5.0 juta ha per tahun (IP 1.0) akan diperoleh 16.5 juta ton. Total akan diperoleh 70.5 juta ton GKP, atau defisit 19.36 juta ton dari target swasembada.
Revolusi benih di dua jalur adalah solusi untuk kendala kelangkaan lahan dan air menuju 2035.
Pertama, jalur revolusi benih unggul padi hibrida produksi tinggi di persawahan. Lakukan percepatan hibridaisasi untuk peningkatan luas tanam/panen padi hibrida dari 3.0% menjadi 25.0% (2.5 juta ha) tahun 2035. Modalnya 50 varietas padi hibrida rakitan Balitbangtan, BUMN Pertanian, dan Swasta. Produktivitas aktualnya rata-rata 9.0 ton GKG/ha. Dari luas panen padi hibrida 2.5 juta ha, akan diperoleh 22.5 juta ton GKG. Ditambah 45.0 juta ton GKG padi inbrida dari luas tanam/panen 7.5 juta ha (asumsi produktivitas 6.0 ton), total produksi padi sawah akan mencapai 67.5 juta ton GKG.
Kedua, jalur revolusi benih unggul padi transgenik produksi tinggi tahan kering dengan produktivitas rata-rata 4.0 ton GKP/ha dan IP 2.0. Sebagai modal, Puslit Bioteknologi LIPI telah berhasil merakit varietas padi transgenik tahan kekeringan. Ini memungkinkan luas tanam/panen padi ladang 10.0 juta ha dengan hasil 40.0 juta ton GKG. Inilah gambaran metafora “ilalang bermalai padi”.
Revolusi benih itu, tentu didukung budidaya presisif, akan menghasilkan total 107.5 juta ton GKG tahun 2035. Berarti surplus 17.64 juta ton GKG atau setara beras 9.17 juta ton. Dengan surplus sebesar itu Indonesia bisa mengendalikan pasar beras Asia Tenggara. Itulah berkah panen “ilalang bermalai padi”.(*)
Beberapa Bacaan:
Nielsen, R.L., 2012, “Historical Corn Grain Yields for Indiana and the U.S.” , www.kingdom.org/news/timeless
Leisinger, Klaus M., 2000, “Population Growth, Food Security, and Civil Society The Hunger Problem Can Be Solved”, D+C Development and Cooperation (No. 1, January/February 2000, p. 8-12)