Seperti apa cara cerdas itu? Begini. Arahkan pukulan telak pada titik “hidup-mati” Ahok yaitu logika argumen-argumennya. Perhatikan, argumen Ahok itu khas penganut pendekatan konflik. Argumen yang belum-belum sudah memancing amarah dari kaum Anti-Ahok yang menganut pendekatan fungsional.
Amarah. Nah, itulah yang diharapkan oleh Ahok. Sebab ketika kaun Anti-Ahok marah-marah, lalu mencaci-maki Ahok, pada saat itulah mereka menelan kekalahan telak. Skakmat, tanpa sadar.
Dalam kondisi seperti itu, Ahok tinggal memainkan jurus “beautiful red herring” (umpan cantik) untuk melindungi langkahnya dari penolakan publik. Terjadilah. Kaum Anti-Ahok yang marah-marah itu ikut menyambar “umpan indah” tadi. “Strike!” Kena, kau!
Ibarat main sepak bola, hati-hati dengan gerakan tanpa bola dari striker di sayap kanan. Kerap kali itu adalah “beautiful red herring”. Begitu lawan terseret mengawal Sang Striker, tiba-tiba saja bek kiri sudah menerima umpan dari libero di kotak pinalti dan …, “Jebreeet …! Gooollll…!” “Kena kau!” kata Sang Striker tergelak puas.
Sekadar mengingatkan lagi, kisi-kisi ini ditujukan bagi anggota Barisan Anti-Ahok. Bila setelah membaca kisi-kisi ini mereka belum mampu juga menjatuhkan Ahok, maka hanya ada satu sesal: “Teeer … laaa … luuu …!”(*)
Catatan: Tadi pagi artikel ini, yang entah bagaimana kejadiannya, terbit hanya "sebagian" dengan judul "Ahok Seorang Deviant?" Artikel ini adalah versi lengkap dengan judul baru. Artikel "cacad" itu telah dihapus dengan ucapan maaf dan terimakasih kepada rekan-rekan yang sempat membacanya (240 hits) dan tiga orang rekan yang sempat menilainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H