Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cara Cerdas Menjatuhkan Ahok

11 April 2016   14:34 Diperbarui: 11 April 2016   14:45 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu Ahok selaku Gubernur DKI lebih memilih untuk berkonflik dengan pemukim perkampungan illegal saat merelokasi mereka ke rusunawa, sebagai bagian dari upayanya mengatasi banjir melalui pemulihan dan perluasan fungsi jalur hijau.

Juga, Ahok selaku Gubernur DKI lebih memilih untuk berkonflik dengan kelompok-kelompok preman, apapun “bendera” organisasinya, untuk menciptakan kawasan bisnis yang bebas premanisme, sperti di Tanah Abang.

Mau contoh lagi?  Tak perlu.  Semua langkah Ahok mencerminkan pendekatan konflik. Tidak akan ditemukan jejak pendekatan fungsionalime yang mengedepankan integrasi atau harmoni di situ.

Ahok percaya, kemajuan hanya akan tercapai melalui proses konflik, bukan melalui kompromi seperti lazimnya dilakukan mayoritas kepala daerah penganut pendekatan fungsional.  Kompromi bagi Ahok adalah sumber malapetaka.

Konflik adalah cara untuk mencapai kebenaran, dan kebenaran itu adalah dasar untuk mencapai kemajuan.  Begitu cara pikir Ahok.

Lalu, apa artinya ini untuk barisan Anti-Ahok?   Sederhana saja.  Kalau mau menjatuhkan Ahok, maka para anggota barisan Anti-Ahok harus bisa menyelami cara pikir individu penyimpang sosial seperti Ahok. 

Ciri khas seorang penyimpang sosial, dia selalu berfikir “di luar kotak” (out of the box), atau di luar kelaziman.  Jadi, kalau mau menjatuhkan Ahok, kaum Anti-Ahok juga harus bisa berpikir di luar kotak, di luar kelaziman.

Di luar kelaziman itu, artinya kreatif, inovatif.  Bukan sembarangan, ngawur, asal bunyi tanpa logika.   Jika kaum Anti-Ahok bicara ngawur, pasti langsung skakmat.

Lantas, bagaimana agar bisa berfikir di luar kotak?  Berpikir kreatif, inovatif?   Ya, gunakanlah pendekatan konflik seperti Ahok.  Kalau kaum Anti-Ahok masih menggunakan pendekatan fungsional, maka tidak akan pernah bisa menjatuhkan Ahok.

Intinya, Ahok hanya bisa dikalahkan oleh orang yang berfikir sama seperti dia.  Orang yang juga menggunakan pendekatan konflik.  Bukan sekadar orang yang pintar merangkai kata dan fakta sumir untuk menjelek-jelekkan Ahok.

Mau menjatuhkan Ahok, lakukan itu dengan cara cerdas.  Sekurang-kurangnya sama cerdas dengan  Ahok yang, menurut pengakuannya sendiri, sebenarnya “gak cerdas-cerdas amat.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun