Kenikmatan kopi buatan nenekku bukanlah semata kenikmatan lahiriah, tapi terutama kenikmatan bathiniah. Nenekku tidak sekadar menyajikan secangkir kopi hangat untukku, tetapi yang terpenting, menyajikan kehangatan kasih lewat secangkir kopi. Di tangan nenekku, secangkir kopi hangat adalah bahasa kasih yang tak ada duanya.
Kehangatan kasih, itulah yang tak kudapatkan dari kedai kopi manapun yang pernah kusinggahi. Di kedai-kedai kopi itu, secangkir kopi panas bukanlah bahasa kasih, melainkan bahasa dagang.(*)
“Kutuliskan kisah ini sebagai kenangan akan kasih-sayang nenekku.”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!