Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Humor Revolusi Mental #007: Jujur Berhadiah Amarah

17 September 2014   18:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:26 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Katakan sejujurnya walau sepahit apapun.  Anda akan mempertanyakan nasihat ini kalau sudah membaca kisah konyol ini.

Suatu hari, di sebuah desa di sekitar pinggiran Danau Toba, Sumatera Utara, seorang mahasiswa semester akhir dari Perguruan Tinggi setempat,  mewawancarai sepasang suami-isteri, dalam rangka penelitian untuk skripsi.

Semula wawancara berlangsung lancar, santai, penuh canda tawa, lengkap dengan sajian kopi dan singkong rebus yang maknyus.  Sampai kemudian tiba pada nomor pertanyaan ini:

"Jawablah secara jujur, apakah Bapak/Ibu membeli pakaian dalam tujuh hari terakhir?"

"Tidak," jawab Sang Isteri dengan cepat.  Sebagai bendahara tunggal keluarga, memang dialah yang tahu soal  pengeluaran keluarga.

"Eh, ada," sela Sang Suami, "tiga hari yang lalu saya menjahitkan sepasang pakaian."  Sang Suami menjawab dengan jujur, karena memang diminta agar menjawab secara jujur.

"Apaaa..!!!??? Kau berani jahit pakaian tanpa bilang-bilang sama aku!!??" Sang Isteri langsung meradang demi mendengar jawaban jujur Sang Suami.

"Berani-beraninya kau bohong sama aku, ya," lanjut Sang Isteri tanpa jeda.  "Bilang tidak ada uang! Tidak ada uang!  Kau tahu anak kita sampai mogok sekolah karena sudah tiga bulan tidak bayar SPP!? Eeeeh, ternyata diam-diam kau pakai duit untuk jait baju.  Baah, bapak macam apa kau!? Suami macam apa kau!?"  Sang Isteri menumpah-ruahkan kemarahannya persis rentetan tembakan senapan mesin.

Sang Suami yang mendadak merasa berdosa  hanya bisa duduk mengkeret di kursi, pucat-pasi, persis murid SD Kelas 1 dimarahi gurunya.

"Ibu, maaf Ibu, sudah Ibu, bukan maksud saya ...," Sang Mahasiswa mencoba melerai.

"Eeh, diam kau anak muda, jangan ikut campur!  Ini urusan keluarga," bentak Sang Isteri sengit.

Sang Mahasiswa langsung duduk mengkeret juga, lemas jantungnya,  persis seperti Sang Suami di kursi seberangnya, sambil membathin, "Alamaaak, mimpi apa pula aku semalam?" (*)

#Moral revolusi mental-nya: "Jangan terlalu jujur pada peneliti, walaupun Anda diminta menjawab jujur, karena peneliti tidak ikut menanggung akibat kejujuran Anda"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun