Diyakini Si Gale-Gale hanya bisa ditempatkan di peti mati, bahkan ia bisa menari di atas peti mati. Si Gale-Gale awalnya dipergunakan pada upacara-upacara kematian. Upacara untuk orang-orang yang meninggal tanpa mempunyai anak maupun yang meninggal tanpa meninggalkan keturunan karena semua anaknya telah tiada. Hal itu dilakukan dengan maksud menyambung keturunan mereka kelak di alam baka. Pada masyarakat Batak Toba, apabila seseorang yang mempunyai kedudukan meninggal dunia dan ia tidak mempunyai keturunan maka dipandang rendah dan tidak membawa kebaikan. Oleh karena itu, kekayaan yang ditinggalkannya akan dihabiskan untuk mengadakan upacara Si Gale-Gale untuk orang yang meninggal tersebut. Orang lain tidak akan berani mengambil harta benda milik orang tersebut karena takut tertular atau meninggal seperti pemiliknya.
3. Daya Tarik Wisatawan
Si Gale-Gale sudah menjadi identitas budaya Pulau Samosir. Dalam setiap pertunjukan Si Gale-Gale, tak hanya ditampilkan patung kayu seukuran manusia tapi juga dibuatkan Si Gale-Gale berukuran raksasa sambil mengikuti irama gondang. Pertunjukan Si Gale-Gale saat ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan di Pulau Samosir. Selain keindahan alam, kekayaan budaya Samosir juga menjadi salah satu unsur pengikat bagi para wisatawan. Samosir dengan Danau Toba menjadi satu kesatuan utuh sebagai gambaran kecantikan alam yang dibalut kekuatan budaya.
Jika ingin melihat pertunjukan Si Gale-Gale, kalian bisa mengunjungi tempat wisata di Tomok atau Museum Hutabolon Simanindo. Pertunjukan selama satu jam ini memperlihatkan patung Si Gale-Gale menari dengan bantuan benang yang dimainkan seorang dalang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H