Mohon tunggu...
M Syifaul Khoir
M Syifaul Khoir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pemain Ke 12, Football is love❤️💛💚

Selanjutnya

Tutup

Book

Seni Membaca Kepribadian Seseorang

29 November 2022   23:30 Diperbarui: 29 November 2022   23:32 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengertian berikutnya, dari definisi ini, bahwa kualitas-kualitas itu teguh,
yaitu kuat, kokoh, dan tidak mudah digoyahkan. Artinya, kita disebut berkarakter jika kualitas sikap dan perilaku kita tidak mudah goyah dalam situasi/kondisi apa pun. Keteguhan itu
juga diartikan sebagai kuat dalam jangka waktu yang panjang. Jadi, jika seseorang menunjukkan suatu perilaku positif, tetapi
tidak konsisten, belum dapat dikategorikan sebagai karakter. 

Kita sedang tidak mendefinisikan pribadi yang sempurna,
karena hal itu hanyalah mitos. Tidak ada pribadi yang sempurna; setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. 

Kualitas yang teguh tidak dimaksudkan sebagai manusia sempurna yang tidak memiliki cacat-cela, melainkan
tentang konsistensi dalam sikap dan perilaku ya teruji dalam kurun waktu yang relatif panjang. Karakter adalah kualitas yang dapat dan harus dibangun.
Walau setiap orang dilahirkan dengan memiliki berbagai kelebihan bawaan, tetap saja kita perlu mengembangkan diri.


Ada yang memang membentuk kualitas tertentu sejak muda sekali, ada pula yang bar mengusahakannya setelah lebih
dewasa dan berumur. Karakter bukanlah sesuatu yang merupakan bawaan sejak lahir dan tidak dapat diubah, seperti
sidik jari anda. Itu adalah sesuatu yang menjadi tanggung jawab kita untuk membentuknya. Tidak banyak orang yang
bertekad untuk membangun kualitas pribadi sejak kecil, seperti Bung Hatta. Sebagian justru menyadari kelemahannya saat dewasa atau malah sudah berumur. Kita cenderung
bereaksi terhadap aksi yang dialami. 

Secara naluriah, kita bereaksi keras saat dikerasi, atau bersikap lembut saat diperlakukan dengan lembut. Maka, Tindakan itu didasarkan pada sesuatu yang terjadi diluar kita. Kita cenderung bereaksi terhadap aksi yang dialami. Secara naruliah, kita bereaksi
keras sat dikerasi, atau bersikap lembut saat diperlakukan dengan lembut. Maka, tindakan itu didasarkan pada sesuatu
yang terjadi di luar kita. 

Dalam pengertian merespons, kita melakukannya berdasarkan prinsip dan ada nilai yang ada dihati, bukan membalas aksi yang kita terima. Maka respons kita ditentukan dari dalam, bukan sebaliknya dari apa yang terjadi di luar diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun