Mohon tunggu...
@Bapaksocio_
@Bapaksocio_ Mohon Tunggu... Penulis - Pengajar dan juga Pembelajar Aktif

Menyukai kajian seputar isu pendidikan, sosial, budaya, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Pagi Itu, Tsunami Merubah Dunia Zainab"

26 Desember 2024   10:03 Diperbarui: 26 Desember 2024   10:30 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Pasca Tsunami Aceh (Sumber: BNPB)

"Adikmu mana?" suara seorang tetangga menyadarkan Zainab.  

Zainab terdiam. Pandangannya mengitari tempat itu, tapi ia tidak menemukan sosok adiknya. Air matanya langsung mengalir. Ia tidak tahu harus berbuat apa.  

Hari itu, Aceh kehilangan segalanya. Puluhan ribu nyawa melayang dalam sekejap, termasuk keluarga dan teman-teman Zainab. Desa yang dulu penuh tawa kini berubah menjadi puing-puing dan kenangan pahit.  

Namun, di tengah semua kehancuran, Zainab menemukan kekuatan untuk bertahan. Ia mulai membantu para relawan yang datang dari berbagai penjuru dunia. Bersama mereka, ia membantu membagikan makanan, menata ulang tempat tinggal sementara, dan menghibur anak-anak kecil yang kehilangan keluarganya.  

Perlahan, Zainab menyadari bahwa meskipun hidupnya berubah selamanya, ia tidak sendirian. Ada banyak tangan yang terulur untuk membantu, banyak hati yang peduli. Dari bencana itu, ia belajar tentang ketangguhan, harapan, dan bagaimana manusia bisa bangkit bahkan dari luka terdalam.  

Kini, setiap tanggal 26 Desember, Zainab selalu mengenang mereka yang telah pergi. Ia juga mengingat satu hal yang selalu ia sampaikan pada orang-orang di sekitarnya: "Kita mungkin kehilangan banyak, tapi kita masih punya kekuatan untuk membangun kembali."  

Gempa dahsyat dan tsunami 2004 memang mengubah dunia Zainab, tetapi ia memilih untuk tidak hanya menjadi korban. Ia memilih untuk bangkit, untuk menjadi harapan di tengah kehancuran.  

*Dan di situlah ia berdiri sekarang, di tepi pantai yang sama, menatap laut yang dulu menghancurkan segalanya. Kali ini, ia tidak lagi takut. Ia hanya berbisik pada ombak yang tenang, "Aku tidak akan kalah."*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun