Seorang yang telah bergelar doktor maka wajib hukumnya berperilaku dan bertindak sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku umum. Kewajiban utama yang harus dia penuhi adalah menulis paper sebagai tanggung jawab keilmuan yang dia miliki.
Budaya menulis menjadi istri kedua seorang Doktor. Tuntutan kewajiban menulis dari institusi kampus kepada sesorang yang bergelar Doktor sudah tidak bisa ditawar-tawar. Tak tahu kalau kampus abal-abal, mungkin lain.Seorang Doktor yang pelit menulis dan boros berbicara tidak jauh beda dengan seorang duda lapuk yang tak laku-laku tetapi tampil trendi.
Yang menjadi masalah adalah, apakah harapan kampus sejalan dengan produktifitas kepenulisan seorang yang bergelar Doktor?
Kalau kita mau jujur, tengoklah sebentar beberapa media main stream seperti kompas, media Indonesia , dll , berapa sih  tulisan si mahluk yang bergelar Doktor itu dimuat? boleh dibilang jauh panggang dari api. Kebanyakan yang kita dapati justru Tulisan --tulisan yang muncul sebagaian besar penulisnya adalah orang yang sangat sedikit mengeyam bangku universitas. Kalau bukan wartawan senior, ya satrawan, kalau bukan aktivis LSM,ya penggiat social, dan seterusnya...dan seterusnya...
Padahal kita mengantung harapan yang tinggi atas ide brilian yang akan ditelorkan sosok seorang Doktor  yang mumpuni dalam keilmuan dan budaya ilmiahnya.Tulisan seorang doktor berbeda dengan seorang yang bukan Doktor. Metode dan analisis, serta ketajaman dalam memecahkan sebuah masalah memilki  sandaran dan analisis yang tajam sebagaimana gelarnya.
Kelangkaan tulisan popular para doktor, jangan-jangan penyebabnya mereka sedang  keasyikan narsis dan menikmati gelarnya. Kalau ini yang terjadi, maka jangan tanyakan berapa" paper" yang sudah dia tulis. Boro-boro... paper, tulisan sekelas opini pasti mentalnya dipikiran tokh... dan hilang  dibawa angin. Lantas apa yang kita banggakan dari gelar Doktor?
Akhirnya kekhawatiran  "kita semua bisa menjadi doktor, tetapi semua doktor  belum tentu menjadi penulis" tidak akan terjadi.Â
Ternate, 21 September 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H