Mohon tunggu...
Apa Saja
Apa Saja Mohon Tunggu... -

Demi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dahlan Iskan, Mobil Listrik dan Perubahan Paradigma

22 Oktober 2013   11:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:11 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Menonton acara "Aiman dan" Dahlan Iskan di Kompas TV (CMIIW), selain banyak hal yang sudah sering saya dengar, lihat dan baca tentang Dahlan Iskan, keseharian dan pemikirannya, saya juga menangkap satu hal mengenai perubahan paradigma. Bagaimanakah perubahan paradigma yang dimaksud?

Dahlan Iskan mengungkapkan, dan dalam banyak hal membuktikan, yang saya tangkap, bahwa diperlukan perubahan paradigma untuk mengadakan perubahan gaya hidup ke arah yang lebih maju. Dan jika itu dilakukan, kita mampu menjadikan hidup kita lebih baik.

Kembali ke konteks di Aiman dan Dahlan Iskan, Dahlan Iskan menunjukkan bahwa jika kita tidak memulai riset dan uji coba mobil listrik, maka kita akan kembali menjadi pasar mobil listrik, seperti halnya dulu menjadi pasar mobil BBM, karena kita tidak memulai industri ini saat negara lain baru memulainya. Walhasil, kini kita jadi pasar potensial mobil BBM.

Soal mobil listrik, ada perubahan besar dari cara mendapatkan sumber energi mobil ini. Jika mobil BBM diisi bensin atau solar, maka mobil listrik diisi 'stroom' yang disimpan pada 'accumulator'. Orang lantas melihat kelemahan mobil listrik. Jika tiba-tiba di jalan mogok, kalau mobil BBM bisa langsung diisi bensin, maka mobil listrik harus menunggu di-'charge' di tempat yang belum tentu ada. Muncullah pesimisme bahwa mobil listrik akan merepotkan. Menyikapi hal ini, Dahlan Iskan menegaskan, dibutuhkan perubahan paradigma. Jika kita menggunakan paradigma mobil BBM, maka sampai kapanpun tidak akan 'ketemu'. Kekurangan itu akan terus tampak. Paradigma mobil listrik adalah, saat kita pulang ke rumah, 'charge' listrik ke 'accumulator' selama kita tidur. Besok pagi saat bangun, mobil kita sudah penuh stroomnya. Bisa untuk 300km. Atau saat kita ke mall, selagi parkir, bisa juga colokkan ke stop kontak yang kemudian akan harus mudah didapati jika kita sudah menggunakan paradigma mobil listrik.

Melihat pemikiran ini, saya jadi menilai bagaimana seorang Dahlan Iskan merupakan seorang yang mampu mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Di Jawa Pos, banyak perubahan paradigma yang beliau lakukan. Bagaimana strategi desa mengepung kota diterapkan (untuk menunjukkan Jawa Pos yang hadir di tiap wilayah untuk meruntuhkan dominasi koran ibu kota). Bagaimana juga diterapkan cetak jarak jauh pertama di Jawa Pos saat itu. Itu membutuhkan perubahan paradigma.

Terus, saat menjadi Dirut PLN, saya kembali menangkap bagaimana diterapkannya sehari sejuta sambungan. Ini sangat mengubah paradigma bahwa listrik harus antri lama untuk mendapatkannya. Dahlan Iskan mengubahnya, adakan dulu listrik itu, karena itu kebutuhan penting bagi masyarakat. Setelah hadir di tengah mereka, listrik pasti kurang, maka digenjotlah pembangkit-pembangkit baru, bahkan sewa genset yang katanya inefisiensipun dilakukan. Ini membalikkan paradigma bahwa PLN menyiapkan sekian Mega Watt listrik, dan kemudian memilih mana yang bisa dialiri. Selain itu, bagaimana menggunakan PLN pra-bayar, ini juga membutuhkan perubahan paradigma. Jika sebelumnya banyak yang telat bayar, lalu dicabut, dan lalu mengajukan pasang lagi dengan biaya pasang baru, maka dengan pra-bayar, pelanggan bisa mengatur kebutuhannya. Perubahan paradigma dibutuhkan dalam hal ini.

Kemudian, setelah menjadi Menteri BUMN, kita juga mendapatkan suguhan visi yang jelas tentang BUMN. BUMN harus menjadi tangan kiri pemerintah (tangan kanannya APBN). BUMN harus menjadi mesin pertumbuhan dengan menggarap infrastruktur yang tidak terlalu menguntungkan, dan tidak digarap swasta misalnya. Dan BUMN-pun harus mampu menjadi kebanggaan nasional. Maka tidak heran, dari visi yang jelas ini banyak capaian yang diperoleh BUMN.  Infrastruktur dibangun di mana-mana (bandara, pelabuhan, jalan, dll), yang nyaris tanpa mengganggu APBN. BUMN ekspansi ke luar negeri (Myanmar, Timur Tengah, Timor Leste, Vietnam, Afrika, dll). BUMN melonjak keuntungannya dan atau mendapatkan prestasi masuk Fortune 500 seperti Pertamina misalnya. Mengubah paradigma kerja BUMN yang sebelumnya menjadi sapi perahan politisi dan partai menjadi BUMN yang bersih tidaklah mudah, tapi sekali lagi dengan berbagai aksi koboynya Dahlan Iskan bisa menunjukkan itu bisa. Bertengkar berkali-kali dengan DPR-pun kita bisa lihat hasilnya. Sekarang BUMN tidak lagi diperas, beda jauh sama dulu. BUMN juga giat membuat roadmap BUMN bersih, dan seterusnya.

Dari semua sepak terjang dan pemikirannya, saya menarik satu benang merah bahwa Dahlan Iskan adalah seorang leader yang mampu menggerakkan anggotanya untuk mengubah sesuatu. Saya menyimpulkan, bahwa di balik tampilan biasanya, beliau tidak mempunyai pemikiran yang biasa-biasa saja.  Pemikiran yang biasa-biasa saja akan terjebak pada kondisi yang ada dan melakukan perbaikan tidak jauh dari kondisi tersebut. Misalnya, jika sebelumnya kita selalu ribut soal kenaikan BBM, maka paradigma biasa adalah bagaimana mengurangi subsidi BBM dengan memberikan BLSM, walaupun intinya BBM tetap kita pakai. Karena kalau tidak pakai BBM lalu pakai apa? Pakai listrik? Listrik aja kurang? Chargenya susah? dan seabrek alasan kekurangan lainnya. Tapi Dahlan Iskan kemudian mengajak mengubah paradigma itu. Jika tidak menggunakan BBM, kita pakai listrik. Jika pakai listrik, maka tidak perlu lagi tiap tahun ribut soal kenaikan BBM dan dampaknya. Perkara kemudian ada masalah dengan pemakaian mobil listrik, setiap masalah pasti ada upaya penyelesaiannya. Kalau menggunakan BBM itu sudah jelas selalu berulang permasalahannya, demo tiap tahun, inflasi, pencemaran lingkungan, dll, maka dengan listrik masalah itu akan hilang dengan sendirinya. Tinggal kemudian bagaimana Indonesia membangun infrastruktur listrik yang cukup. Dan kabar terakhir, Dahlan Iskan mengajak BUMN membuat konsorsium bangun pembangkit listrik. Bingo!!

Dari ulasan di atas, marilah menelaah dan mungkin mengikuti pola fikir Dahlan Iskan untuk tidak alergi dengan perubahan, serta perubahan paradigma. Sesekali perlu melepaskan kondisi yang ada untuk bergerak ke kondisi yang lain jika kita ingin membuat kualitas hidup kita berbeda. Dengan pola dan paradigma yang sama, mungkin kita akan begini-begini saja. Tapi dengan mengubah paradigma, mungkin kita akan mendapati kualitas hidup yang sama sekali berbeda.

Contoh lain :

- Dahlan Iskan dengan revolusi orange-nya. Jika selama ini kita dibanjiri produk buah-buahan dari China, Thailand, Amerika, maka kita harus balas ekspor buah-buahan yang tidak ada di sana. Buah-buahan tropis tidak bisa hidup dengan baik di iklim ugahari atau 4 musim, maka daripada mencoba menanam jeruk yang sudah diserbu dari China, mendingan menanam durian yang bisa diekspor ke China. Kalau menanam per warga tidak bisa menjadikan perlawanan impor yang signfikan, maka BUMN Perkebunan perlu aktif di sini.

- Jalan tol atas laut, daripada menunggu pembebasan tanah yang sangat dulit di Bali atau di Jawa, mengapa tidak membuat jalan tol di atas laut yang tidak perlu pembebasan lahan sama sekali? Untuk Sumatera? Pembebasan lahan di sana masih relatif lebih mudah, maka jalan tol harus di darat, untuk mengembangkan daerah yang terlewatinya.

- Jika nuklir pengayaan tinggi dilarang, kenapa kita tidak membuat uranium pengayaan rendah. Itu dilakukan Batantekno, dan hasilnya sekarang jadi produsen besar nuklir pengayaan rendah, bahkan membuka pabrik di Amerika Serikat.

- Jika terjebak pada kekurangan daging sapi, maka paradigma umum adalah impor daging saja (yang melahirkan sejumlah kasus korupsi dan fushtun), atau memaksakan membuat peternakan lokal walaupun tidak tahu akan bisa mencukupi atau tidak. Dahlan Iskan mengajak melihat peternakan sapi di Australia 1/5 lebih murah untuk pembibitan, dan di Indonesia lebih murah 1/3 harga untuk penggemukan. Dahlan Iskan mengajak perubahan paradigma untuk pembibitan di Australia, dan penggemukan di Indonesia, yang dengan demikian akan memberikan keuntungan efisiensi, di samping mencukupi kebutuhan daging. Akan tetapi paradigma umum bahwa kita harus membuat segala industri hulu di dalam negeri, telah membuat anggota DPR terjebak di dalam paradigma itu, bahkan menyatakan Dahlan Iskan idenya gila. Tapi mudah-mudahan ide gila itu berjalan, dan kita tidak akan kekurangan daging lagi karenanya.

Demikian tulisan saya kali ini, maaf saya kebelet pergi jadi malas mengedit lagi ke atas. Kalau ada salah tulis atau kurang enak dibacanya, minta maaf. Salam Kompasiana/er.

PS: Vote Dahlan Iskan for RI-1 ya. Maka koruptor akan dipidanakan dan diperdatakan (dimiskinkan) dan Indonesia akan diajak berlari menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ke-9 di dunia (sekarang ke-16).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun