Mohon tunggu...
Moch. Shifaur Rosyidy
Moch. Shifaur Rosyidy Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Cogito Ergo Sum | Memaksakan diri untuk membiasakan menulis setiap waktu | Semoga Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gerakan Islam Transnasional: Ekstrem-Radikal, Al-Qaeda

3 September 2024   16:34 Diperbarui: 3 September 2024   16:37 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis pada artikel ini melanjutkan pembahasan dari artikel sebelumnya yang berkaitan dengan gerakan Islam transnasional yang berjudul "Gerakan Islam Transnasional: Sosial-Dakwah, Jamaah Tabligh". Artikel kali ini membahas karakterisktik dari gerakan Islam transnasional yang lainnya. Selamat membaca..

Tiga karakteristik Utama GIT

Gerakan Islam transnasional memiliki tiga karaketeristik utama, yakni ideologis-politik, sosial-dakwah dan ekstrem-radikal. Pada artikel ini penulis hanya membahas tentang gerakan Islam transnasional ekstrem-radikal, merujuk pada kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi yang menggunakan ideologi agama untuk menormalisasi tindakan kekerasan atau terorisme dengan tujuan mencapai tujuan politik atau sosial secara global. Gerakan ini seringkali memiliki agenda yang melampaui batas-batas negara dan berusaha untuk membentuk atau mempengaruhi tatanan politik dunia berdasarkan interpretasi ekstrem dari ajaran Islam.

Terdapat beberapa gerakan Islam transnasional ekstrem-radikal yang terkenal seperti Al-Qaeda, ISIS, Taliban dan Hizbullah. Keempat gerakan tersebut sudah dilabeli sebagai organisasi ekstremis oleh tokoh-tokoh elit atau pimpinan negara. Penulis pada artikel ini hanya membahas gerakan Islam transnasional ekstrem-radikal Al-Qaeda.

GIT Eskrem-Radikal Al-Qaeda

Kelompok atau gerakan Islam ini menjadi terkenal luas oleh masyarakat internasional ketika terjadinya insiden 9/11 di AS. Pada saat itu tepat padatanggal 11 September 2001, terdapat 19 milisi Islamis revolusioner atau Revolutionary Islamist yang membajak pesawat kemudian menabrakannya ke geung kembar Word Trade Center di New York City dan jug menporak-porandakan beberapa bagian gedung Pentagon di Washington DC. Peristiwa itu ditandai sebagai perang melawan teroris di berbagai tempat oleh AS.

Al-Qaeda merupakan kelompok yang didirikan oleh Osama bin Laden pada tahun 1979 yang tujuan awalnya mendirikan kekhalifaan Islam secara global dan melawan pemerintahan yang tidak sepaham dengan visinya. Berdirinya Al-Qaeda pada waktu itu, karena Osama melihat adanya invasi soviet ke Afganistan dan karena tidak adanya pendataan yang akurat terkait dengan mujahidin di Afghanistan, akhirnya terbentuklah Al-Qaeda yang bisa mengakomodir pendataan asal mana dan status mereka (mujahid) berasal.

Sumber: Yanuardi Syukur, Penyebaran Pengaruh Al-Qaeda Terhadap Gerakan Teroris Di Indonesia

Setelah adanya insiden 9/11, selain tujuannya menegakkan hukum syariah secara ketat di berbagai negara melalui pembentukan kekhalifahan Islam, mereka memfokuskan tujuannya untuk menentang pengaruh Barat dan sekularisme di dunia Islam serta menargetkan negara-negara yang bersekutu dengan Barat, utamanya AS.

Kemudian, kelompok tersebut menambahkan target operasinya tidak hanya di Timur Tengah, Asia Tenggara juga menjadi sasaran operasi oleh Osama. Pada tahun 1998, Muhammad Jamal Khalifa, merupakan saudara ipar dari Osama dikirimkan ke Filipina. Tugas Jamal ke Filipinan salah satunya ialah membangun perusahaan ekspor rotan di Manila sekaligus membangun organisasi amal dan pendidikan yang dibiayai oleh Osama. Kegiatan amal yang dipimpin Jamal ini menaruh banyak dukungan dan simpati, termasuk kelompok bersenjata bermarkas di Filipinan yaitu Moro Islamic Liberation Front atau Front Pembebasan Islam Moro dan Abu Sayyaf.

Selanjutnya terdapat salah satu kelompok Islam ekstrem di Malaysia, yaitu Jemaah Islamiyah, organisasi yang didirikan oleh Abdullah Sungkar yang tujuannya untuk merencanakan pembangunan kawasan Islam Super Daulah Islamiyah Raya yang meliputi Malaysia, Singapura, Indonesia dan sebagian Thailand dan Filipina. Walaupun terdapat perbedaan pandangan dan visi dengan Osama, pada tahun 1997 ketika Osama berfatwa dari Jalalabad yang mana fatwa tersebut menyatakan perang terhadap AS dan Israel. Akhirnya, Abdullah Sungkar mengadakan pertemuan dengan Osmaa untuk membahas kerjasama di Afghanistan.

Pengaruh Al-Qaeda Hingga ke Indonesia

Gerakan yang berawal hanya di Afghanistan dan kawasan Timur Tengah, namun dengan berbagai cara Osama bisa melebarkan sayapnya hingga kawasan Asia Tenggara, bahkan Jamaah Islamiyah yang tujuannya berbeda, akhirnya mengadopsi pandangan jihad dari Al-Qaeda.

Mereka berbagi visi tentang pendirian kekhalifahan Islam di Asia Tenggara dan menolak pengaruh Barat dan sekulerisme. Al-Qaeda menjadi inspirasi utama bagi banyak pemimpin JI, termasuk Hambali, pemimpin militer Jamaah Sslamiyah dan juga dikenal sebagai tokoh kunci yang menghubungkan JI dengan Al-Qaeda.

Beberapa anggota JI menerima pelatihan militer dan ideologis di kamp-kamp Al-Qaeda di Afghanistan. Dukungan ini membantu memperkuat kemampuan operasional JI dalam melakukan serangan teroris di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.

Salah satu contoh paling terkenal dari pengaruh Al-Qaeda terhadap JI adalah serangan bom di Bali pada 12 Oktober 2002, yang menewaskan 202 orang, termasuk banyak wisatawan asing. Serangan ini didalangi oleh JI dan dianggap sebagai salah satu aksi teroris paling mematikan di Indonesia. Penyelidikan mengungkapkan bahwa Al-Qaeda memberikan dukungan finansial dan logistik untuk operasi ini.

Selain Bom Bali, JI juga bertanggung jawab atas sejumlah serangan lainnya di Indonesia, termasuk pengeboman Hotel JW Marriott pada 2003, Konsulat Australia pada 2004, dan Bom Bali kedua pada 2005. Semua serangan ini mencerminkan strategi jihad global yang dipromosikan oleh Al-Qaeda.

Ilustrasi - Stop Terrorism [Freepik]
Ilustrasi - Stop Terrorism [Freepik]

Kesalahpahaman Menafsirkan Jihad

Dalam memahami jihad tentunya tidak hanya sekadar paham dalam artian sekilas, jihad memiliki arti yang sangat luas, kesalahpahaman memaknai jihad akan menimbulkan suatu keinginan dalam melaksanakan semangat perang dalam artian jihad itu perang, padahal perang dalam islam istilah dalam bahasa arab yakni "qital" bukan "jihad". Di sini makna jihad sebetulnya ialah berjuang, berjuang tidak harus melakukan peperangan, kekerasan, berjuang tidak dibatasi hanya untuk perjuangan militer, namun makna jihad itu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. 

Seperti contoh makna berjuang itu bisa dengan tidak melakukan kekerasan ataupun melakukan kekerasan demi kepentingan bersama, seperti Indonesia merebut kemerdekaannya dari belanda, maka dari pemaknaan itu ada hal kekerasan tetapi demi kemshalahatan bersama, lalu perempuan berjuang untuk mendapatkan hak-haknya, hal itu dimaknai dengan tanpa kekerasan, jadi konteks dari jihad harus dipahami secara luas.

Jadi, untuk Al-Qaeda dan Jamaah Islamiyah yang memiliki merupakan gerakan yang berbasis Islam namun dalam praktiknya, mereka salah menafsirkan apa itu jihad, yang mana sering kali melakukan tindakan-tindakan jauh dari kata kedamaian dan jauh dari istilah "Islam itu membawa perdamaian", yang akhirnya mereka dilabeli sebagai kelompok ekstremis atau teroris.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun