Mohon tunggu...
Moch. Shifaur Rosyidy
Moch. Shifaur Rosyidy Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Cogito Ergo Sum | Memaksakan diri untuk membiasakan menulis setiap waktu | Pernah menempuh studi Hubungan Internasional | Semoga Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Indonesia dan Politik Bebas Aktif, Gagasan Brilian Bung Hatta

17 Agustus 2024   18:40 Diperbarui: 17 Agustus 2024   22:50 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Hatta [Redaksi Bakaba] (radarmukomuko.disway.id)

Muhammad Hatta ini merupakan salah satu bapak proklamator Republik Indonesia atau salah satu Founding Fathers yang mempunyai kontribusi atau jasa yang sangat luat biasa untuk kemerdekaan Indonesia dan kemajuan Indonesia. 

Melalui pemikirannya atau sumbangsih pemikirannya salah satunya tentang terbentuknya demokrasi di Indonesia dan terciptanya konsep politik luar negeri Indenesia yaitu "bebas aktif". 

Dilihat dari latar belakang Bung Hatta ini yang semasa kecilnya sampai dewasa dihabiskan untuk mendalami mulai dari pendidikan agama karena semasa kecil beliau hidup dilingkungan yang banyak menerima agama, pendidikan barat juga ia tekuni dengan bersekolah luar negeri dan yang disediakan oleh Belanda. Penulis mencoba menjabarkan dua pemikiran brilian bung hatta dari sekian banyak pemikirannya.

Pertama, pemikiran Bung Hatta tentang demokrasi barat tetapi demokrasi barat ala Bung Hatta memiliki sedikit perbedaan pada prinsipnya, kita ketahui bahwa prinsip demokrasi barat seperti prinsip-prinsip liberalisme, yang mana paham liberalisme didalamnya mengandung kebebasan individualisme. Dari sudut ini lah demokrasi dengan kebebasan individualisme dikritisi dan ditolak oleh Bung Hatta. 

Sedangkan demokrasi ala Bung Hatta ini merupakan demokrasi yang berdasarkan kelemahan pada prinsip demokrasi barat, yaitu kedaulatan rakyat yang lebih sempurna sebagai dasar untuk pemerintahan Republik Indonesia dibandingkan dengan kebebasan individualisme, karena bagi beliau kebebasan Individualisme merupakan penyakit yang seharusnya dihindari. 

Dipertegas lagi oleh kritikan beliau bahwa, demokrasi yang bersifat individualisme ini dalam perkembangnya di kemudian hari kaum pemodallah atau kaum borjuis yang bisa memanfaatkan kalau demokrasi bersifat individualisme, kaum borjuis akan lebih dominan dan terus tumbuh bila tidak ada pengimbangnya. 

Pemikiran Bung Hatta ini relevan sekali diterapkan di Indonesia karena Indonesia memiliki keluasan wilayah yang amat besar dengan banyak pulau yang tentunya penduduknya banyak dan berbagai suku, ras, agama. Menurutnya juga tidak ada demokrasi politik lain selain demokrasi yang diterapkan di Indonesia.

Bebas Aktif

Kedua, pemikiran Bung Hatta mengenai politik luar negeri bebas aktif, politik luar negeri bebas aktif ala Bung Hatta ini masih digunakan Indonesia hingga kini sebagai kontribusi terhadap dunia internasional. 

Makna bebas yaitu Indonesia tidak memihak atau ikut serta pada kekuatan-kekuatan yang ingin besiteru dan tidak sesuai dengan nilai luhur bangsa, sedangkan makna aktif yaitu Indonesia tidak diam saja dalam merespon isu internasional, tapi aktif dalam hubungan internasional dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia dan mencapai kepentingan nasionalnya. 

Pemikiran Bung Hatta tentang politik luar negeri bebas aktif bisa digunakan sebagai alternatif pemikiran barat karena konsep yang ditawarkan oleh Bung Hatta ini sangat demokratis sekali, lebih mementingkan perdamaian, menjaga persaudaraan dan tidak saling melawan. 

Non-Blok dan Pengaruhnya 

Pada saat itu, dunia sedang terpecah antara dua blok besar dalam Perang Dingin, dan Hatta menginginkan agar Indonesia tidak terjebak dalam persaingan kekuatan-kekuatan tersebut. 

Prinsip bebas aktif memungkinkan Indonesia untuk memainkan peran yang lebih mandiri dalam percaturan politik internasional, tanpa terpengaruh oleh tekanan atau pengaruh dari blok manapun.

Salah satu penerapan nyata dari politik bebas aktif ialah peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955. Konferensi ini melahirkan Gerakan Non-Blok, sebuah gerakan yang diinisiasi oleh negara-negara berkembang yang tidak ingin terikat oleh blok manapun dalam Perang Dingin. 

Bung Hatta, bersama dengan Bung Karno dan pemimpin negara-negara lain, memainkan peran penting dalam mengarahkan negara-negara tersebut untuk mencari jalan tengah di antara dua kekuatan besar dunia.

Gerakan Non-Blok mengedepankan kemandirian politik dan ekonomi, serta menolak dominasi kekuatan asing. Ini sejalan dengan prinsip politik bebas aktif yang dirumuskan oleh Hatta, di mana Indonesia berusaha menjadi kekuatan moral yang memperjuangkan perdamaian dan keadilan global, sambil mempertahankan kebebasan dalam menentukan kebijakan nasionalnya.

Jadi, prinsip politik bebas aktif dan non-blok terus menjadi pilar utama kebijakan luar negeri Indonesia hingga saat ini. Indonesia tetap berusaha untuk menjaga kemandirian politik luar negerinya sambil aktif berkontribusi dalam isu-isu global seperti perdamaian, perubahan iklim, dan hak asasi manusia. 

Muhammad Hatta melalui konsep politik bebas aktifnya tidak hanya menegaskan kemandirian Indonesia di panggung dunia, tetapi juga membuka jalan bagi negara-negara berkembang untuk bersuara dan berperan aktif dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan damai.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun