Mohon tunggu...
Moch. Shifaur Rosyidy
Moch. Shifaur Rosyidy Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Cogito Ergo Sum | Memaksakan diri untuk membiasakan menulis setiap waktu | Semoga Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Asosiasi SIPA [Sillicon Valley Indian Profesional Association] menjadi Kunci Sukses Kebijakan Reverse Brain Drain India

6 Agustus 2024   15:53 Diperbarui: 7 Agustus 2024   10:46 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Brain Drain [BSchool.DPU/ Ujjwal Sarathe]

Sebelum mengenal apa itu asosiasi SIPA, kita pahami dulu tentang fenomena Brain Drain. Fenomena Brain Drain ini disebabkan oleh perkembangan globalisasi di akhir abad ke-19 dan di awal abad ke-20. Perkembangan globalisasi yang pesat didukung oleh peningkatan teknologi dalam bidang komunikasi, informasi dan transportasi sebagai sarana untuk menjalani proses kehidupan. 

Begitu juga halnya dengan fenomena brain drain yang lahir dari globalisasi tersebut, mobilitas manusia atau perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain dengan mudah. Mengetahui istilah brain drain bisa didefinisikan pada umumnya yakni brain drain merupakan sebuah situasi di mana negara kehilangan sumber daya manusia terbaik mereka dengan kata lain sumber daya manusia seperti ilmuwan, dokter, ahli keuangan, teknisi, tenaga medis profesional bermigrasi cenderung ke negara maju dengan alasan utamanya guna mendapatkan pendapatan yang lebih besar juga untuk perkembangan karir. Fenomena Brain drain ini lebih ditemui di negara-negara berkembang, dan juga bisa berdampak untung atau rugi bagi kemajuan perekonomian daripada negara tersebut.

Sumber: Hariyanto, Brain Drain, Masalah Besar Bagi Negara Berkembang

Kajian Teori Brain Drain      

Lebih dari itu terdapat kajian teori serta empirik terhadap brain drain yakni telah melahirkan teori cost and benefit, teori push and full factor serta pendekatan lain. Pendekatan push and factor adalah teori paling awal dalam menganalisis fenomena brain drain. Push Factor ini bila diterjemahkan di Indonesia yakni faktor pendorong, faktor pendorong yang dimaksudkan merupakan faktor yang datang dari daerah asal ke tempat tujuan baik alasan ekonomi maupun non ekonomi, seperti alasan ekonomi (pendapatan dan gaji), alasan non ekonomi (kondisi kerja, pendidikan dan perubahan sistem politik, including stabilitas politik. 

Jika tadi merupakan faktor pendorong (push factor), selanjutnya yakni full factor (faktor penarik) merupakan faktor yang datang dari daerah tujuan yang mana terdapat berbagai prospek ekonomi serta kehidupan yang lebih baik, penelitian, fasilitas pendidikan, teknologi yang lebih memadai, get chance pengalaman bekerja yang luas, budaya yang tinggi, tradisi keilmuan, dsb.

Jika push and full factor merupakan bagian awal analisis brain drain, generasi kedua yakni dikenal dengan pendekatan cost and benefit analysis, pendekatan ini lebih menganalisis fenomena brain drain dari segi ekonomi, yakni terdapat kerugian ganda dari net exporter brain drain yakni berupa capital right, akibat dari penyebab tersebut dari pindahnya SDM yang menerima dukungan education cost dari pemerintah serta capital flight yang mengharuskan membayar tenaga asing dalam menggantikan posisi- posisi yang dapat diisi oleh SDM dalam negeri, seperti contohnya India sendiri  mengalami kerugian sekitar dua miliar AS dolar akibat berpindahnya ilmuwan mereka. Lalu capital flight bisa dilihat dari berapa besar uang yang harus dibayarkan tenaga asing, contohnya. 

Benua Afrika harus membayar empat miliar dolas AS per tahun untuk membayar tenaga asing yang profesional di negaranya. Jadi konsep brain drain ini menjadi salah satu konsep dari penelitian ini, karena memang judul selaras dengan bahasan pada konsep ini yakni menganalisis fenomena brain drain tersebut sesuai dengan pendekatan push and factor dan cost and benefit.

Sumber: Asep Ahmad S, Fenomena Brain Drain pada SDM Indonesia

Illustrasi Brain Drain [BSchool.DPU/ Ujjwal Sarathe]
Illustrasi Brain Drain [BSchool.DPU/ Ujjwal Sarathe]

Proses terjadinya Brain Drain pada SDM di India

India merupakan salah satu negara yang menjadi sasaran dari fenomena brain drain, negara tersebut menjadi nomer dua jumlah imigran terbesar setelah China, karena jumlah penduduk yang sangat banyak dan ketidaktabilan, ketidakseimbang ekonomi menjadi faktor utama bagi negara tersebut. 

Proses terjadinya brain drain pada sumber daya manusia di India, bisa kita lihat dari karakteristiknya melalui tiga cara utama yakni: pertama, warga India ke luar negeri untuk sekolah atau menuntut ilmu tetapi tidak kembali atau tinggal menetap di tujuan negara tersebut, contoh, para pelajar lulusan menengah atas atau sudah sarjana yang mengemban ilmu di luar negeri namun tidak kembali ke negara asalnya. 

Kedua, warga India ke luar negeri dengan tujuan sekolah atau bekerja sementara waktu namun tidak kembali ke asal negaranya karena mengabdi di sana, contoh, India memiliki program beasiswa bagi tenaga pengajar (dosen) guna meningkatkan kualitas pendidikan mereka serta dalam hal penelitian namun setelah mengenyam pendidikan di luar negeri banyak yang memilih untuk bekerja di sana karena memang tujuan utamanya pendapatan, fasilitas, dsb.

Ketiga, warga India sengaja bermigrasi untuk bekerja di luar negeri, sebagai contoh banyaknya tenaga ahli profesional India yang bekerja di luar negeri khususnya negara tujuan AS memilih bekerja dan tinggal di sana dengan alasan ekonomi maupun non ekonomi, sekurangnya 50.000 dokter India yang bekerja di AS, ratusan ribu bekerja sebagai manajer, teknisi, dan juga ahli komputer. Untuk ahli komputer bekerja di perusahaan Microsoft, Citigroup, McKinsey & Company, dan juga berbagai jenis pekerjaan di sektor teknologi.

Hal semacam itu menunjukkan bahwa lebih dari seperempat dari total semua imigran di AS bekerja di bidang teknologi. Jadi imigran India yang dominan bekerja di AS yakni di bidang teknologi, lebih tepatnya di daerah Sillicon Valley yang mana daerah ini merupakan daerah yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak di bidang komputer dan semikonduktor. Perlu diketahui bahwa India memliki asosiasi profesional di AS yakni Sillcon Valley India Professional Associations, Jaringan Diaspora Migran IT di AS.

Kebijakan Reverse Brain Drain India

Pemerintah India serius membuat kebijakan Reserve Brain Drain tersebut guna untuk membangkitkan ekonomi negaranya dengan mengembangkan sumber daya manusia mereka. Pemerintah India dengan mengkampanyekan untuk pemulangan NRIs or PIOs yang berada di luar negeri tentunya mulai mengembangkan fasilitas-fasilitas dalam negeri atau membenahi fasilitas-failitas yang sekiranya tidak terawat namun masih bisa dikembangkan sehingga menarik NRIs or PIOs untuk pulang ke negara asalnya yakni India. 

Tidak hanya mengembangkan fasilitas-faislitas namun pendidikan sebagai salah satu program pengembangan dengan membangun sekolah-sekolah dan perguruan tinggi hingga India menjadi salah satu dengan kualitas pendidikan yang setara dengan taraf internasional agar NRIs or PIOs betah belajar di India tentunya dengan suasana yang kondusif. Selain itu, munculnya kota-kota IT (high tech city) akan menjadi magnet tersendiri bagi imigran India yang ada di AS khususnya di wilayah Sillicon Valley.

Pemerintah dengan mengeluarkan anggaran APBN untuk mengembangkan kota IT (high tech city) tentunya dengan mengembangkan fasilitas-fasilitas yang memadai, karena dulunya kota tersebut belum memadai dalam segi fasilitasnya yang berakibat banyak yang meninggalkannya untuk bermigrasi ke AS khususnya di wilayah Sillicon Valley yang mana di wilayah itu bisa dibilang gudangnya perusahaan-perusahaan komputer. 

Dengan metode tersebut dinilai dangat efektif serta relevan untuk menarik perhatian India sehingga India akan menajdi salah satu negara yang terkenal akan keahlian IT dan industri IT berinovasi serta memproduksi alat-alat yang canggih.

Sumber: J. Singh and V.V.Khrisna, 2015, Trends in Brain Drain, Gain and Circulation

Bengaluru : Sillicon Valley of India [The Money GIG/ Team]
Bengaluru : Sillicon Valley of India [The Money GIG/ Team]

Sillicon Valley Indian Professional Associations (SIPA) biang kerok kesuksesan Kebijakan Reverse Brain Drain di India

Asosiasi ini turut andil dalam menangani brain drain yang ada di India dengan kata lain imigran ahli IT asal India dididik untuk meningkatkan kemampuan mereaka namun SIPA paham akan adanya brain drain, maka dari itu SIPA selalu berusaha jika imigran ahli IT asal India memliki kemampuan dan posisi yang baik dalam perusahaan, mereka (imigran ahli IT) disarankan membuat terobosan-terobosan baru dengan kata lain mengembangkan usaha baru dan menjadi seorang profesional. Sebelum melanjutkan lebih jauh peran SIPA untuk para imigran India yang berada di AS alangkah baiknya perlu mengetahui sejarah berdirinya SIPA.

Sillicon Valley India Professional Association (SIPA) yang awal berdirinya dimulai sejak tahun 1987, nmaun resmi menjadi organisasi yang mana oraganisasi tersebut berbentuk asosiasi tenaga kerja terampil India dalam bidang teknologi (IT) pada tahun 1991. Basis SIPA itu sendiri di Santa Clara, California AS. 

Awal mula pembenrtukan SIPA berasal dari seorang Insinyur muda Intel Prakash Chandra, serta 3 teman sekamarnya dan mereka berasala dari India juga pada waktu itu. Tujuan dari pembentukan SIPA sendiri pada awalnya lebih fokus pada penguasaan anggotanya pada bahasa Inggris serta berbagai cerita bersama antar sesama warga India. Dan juga dalam kurun waktu perkembangannya mereka juga membahas terkait tentang bagaimana peluang untuk kemajuan profesi mereka di sektor teknologi.

Semakin tahun asosiasi ini memliki banyak anggota berjumlah 2.300, anggota memeliki pekerjaan yang berbeda-beda mulai dari Insinyur, manajer perusahaan, teknisi, para ahli hukum dan keuangan, pengusaha serta profesional lainnya. Mayoritas mereka bekerja di Sillicon Valley tepatnya di perusahaan-perusahaan besar, seperti oraganisasi lainnya yang memeiliki struktur diantaranya yakni leadership team, anggota tetap, volunteer (relawan), penasehat, SIPA Analyst dan lainnya. 

Kegiatan dari SIPA sendiri yakni kegiatan rutinnya seperti annual event yang terdiri dari voluntary meeting, monthly meeting, serta konferansi tahunan atau dikenal sebagai SIPACON, dsb. Sepak terjang SIPA sendiri memfokuskan terhadap peningkatan kemampuan anggotanya dalam hal teknis. 

Pelatihan-pelatihan diberikan untuk anggotanya seperti gathering, workshop, dsb, guna menambah kemampuan tenaga kerja terampil India pada bisang teknologi seperti pengembangan software dan aplikasi tablet, mengatasi permasalahan coding. Sasaran pertama dalam memberikan pelatihan-pelatihan tersebut ditekankan terhadap imigran India baru pindah ke AS.

Selanjutnya upaya-upaya SIPA dalam meminimalisir dampak brain drain yakni dengan meningkatkan kesadaran untuk anggotanya atau imigran asal India yang telah saya jelaskan bahwa ketika pekerja terampil India mempunyai kemampuan yang baik serta posisi yang baik juga di perusahaan, harapan dari SIPA sendiri terhadap anggotanya yakni bisa mengembangkan usaha baru dengan kata lain menuju sesorang profesional. 

Perlu diketahui SIPA juga bekerjasama dengan pemerintah India yang tujuannya untuk mengurangi brain circulation, SIPA mendukung pemerintah India dalam menerapkan adanya perubahan kebebasan da ekonomi sehingga NIRs or PIOs yang pulang atau kemabli ke negara aasal yakni India sendiri memeliki usaha asing maupun yang dilakukan oleh migran berjalan dengan baik sesuai dengan tujuannya. Lalu cara alternatif yang digunakan oleh SIPA ialah dengan memanfaatkan Universitas di India untuk melakukan penelitian dan pengembangan. 

Hal tersebut berguna bagi India sendiri agar India menjadi negara dengan pusat IT baru di dunia, dan juga manfat lain dari penelitian dan pengembangan untuk menambah lapangan yang cukup bagi tenaga kerja terampil India agar kemampuannya meningkat dan tidak perlu lagi untuk bermigrasi atau berppindah ke negara lain. 

Seperti halnya berdirinya pusat penelitian dan pengembangan India dengan Verity Corporation, Bell Labs, Department of Electrical Engineering, and Computer Science of MIT, Cisco Systems, University of Maryland, The University of Princeton and Georgia Institute of Technology yang mana lokasinya berada di Bangalore.

Sumber: Apriawan, Andalas Journal of International Studies

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun