Untuk mengembangkan kesadaran umat Islam terhadap literasi keislaman dan kebangsaan, menurutnya, LPBKI MUI terus menjalin kerja sama dengan stakeholder. Di antaranya dalam kontek tugas-tugas Pentashihan buku-buku dan konten keislaman.
Sehingga aspek substansi tentang bagaimana literasi keislaman untuk melihat pengembangan kebangsaan. "Tujuannya supaya di dalam penetapan standar-standar untuk tasbih itu, kita mendapat wawasan yang lebih dinamis,"Â ujarnya.
"Sarasehan ini menghadirkan dua perspektif bagaimana kebangsaan dan keislaman untuk literasi yang bisa membangun kejayaan NKRI ke depannya," ungkap Ketua LPBKI-MUI Prof. Dr. H. Endang Soetari, Ad., M.Si.
Sarasehan terbagi menjadi dua sesi, sesi pertama berjudul "Dimensi Bela Negara Dalam Khazanah Pemikiran Islam" oleh Dr. Rusdi Husein dan Dr. Arrazi Hasyim.
Sedangkan pada sesi kedua sarasehan akan mengangkat judul, "Peningkatan Literasi Untuk Menangkal Hoaks" dan pemutaran sejarah dokumenter berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.
Dr Rudi Husein selaku sejarawan sekaligus sebagai perwakilan dari Yayasan Bung Karno (YBK) mengatakan, Indonesia dibangun oleh founding father dalam hal ini panitia sembilan perumus pancasila adalah tokoh-tokoh islam pada zamannya, orang-orang yang taat menjalankan syariah.
Mereka antara lain Ir Sukarno, Drs Mohammad Hatta, Abikoesno, Abdoel Kahar Moezakir, Â Haji Agus Salim, Mr Achmad Soebarjdo, Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim, M. Yamin. Dari sembilan orang tersebut hanya ada satu yang nonmuslim yaitu AA. Maramis. Karena itu kata Rudi, "ini bukti bahwa negara ini dibangun dengan spirit islam, pancasila dirumuskan oleh orang-orang yang faham syariah dan taat menjalankannya."
Dr Arrazy Hasyim menjelaskan, Islam dan kebangsaan terkait erat satu sama lain, yang terjadi saat ini salah satunya karena masih banyak yang salah memaknai agama, hal yang seharusnya masalah furuiyah (cabang) dalam agama justru diposisikan sebagai ushul (pokok) misalnya dalam memilih pemimpin (fikih siyasah/politik) ditaruh di bab Ushuluddin (iman) padahal seharusnya diposisikan di bab Furu (cabang). Fikih Politik dan muamalah adalah furu bukan ushul. Berbeda dalam pilihan politik dianggap bukan saudara lagi.
Sesi pertama yang dimulai sejak dari jam 10.00 dan berakhir pada jam 12.00 dan selanjutnya ISHOMA (Istirahat, Sholat dan Makan) dilanjutkan kembali pada sesi kedua jam 13.00 dan berakhir jam 15.00. Namun pada sesi terakhir semakin menarik dengan pembahasan tentang hoax oleh Jojo Rahardjo salah satu mantan jurnalis yang sekarang bekerja di Kantor Staf Kepresidenan (KSP).Â