Siklus luka ini tidak akan pernah berhenti apabila kita tidak memberikan diri kita untuk sembuh dengan merenungkan. Bagaimana Allah memberikan ujian kita untuk menjadi orangtua dengan mampu atau tidaknya kita untuk menjadi anak yang berbakti terhadap orangtuanya?
Hak Allah, kemudian ada hak orangtua terutama bagi perempuan yang belum menikah. Setelah menikah, perempuan mendahulukan hak Allah, kemudian hak suaminya. Begitulah siklus yang akan terus berputar.Â
Orangtua memiliki haknya untuk dihormati dan dihargai, terlepas kewajibannya dilakukan atau tidak, biarkan Allah yang memberikan penilaian.Â
Tugas seorang anak adalah memberikan hak Allah, kemudian baru hak orangtuanya. Jangan khawatir terhadap hakmu, karena Allah maha adil. Semampu mungkin berikan hak  mereka, Allah persiapkan hak mu yang akan diberikan diwaktu terbaik menurut-Nya.
Kita akan menemukan kesempatan menjadi orangtua ketika kita mampu memaafkan setiap kekurangan orangtua kita. Seperti roda yang terus berputar, hidup yang terus berjalan.Â
Memiliki anak-anak yang menerima orangtuanya hanya dapat terjadi melalui takdir Allah. Dengan cara apa upayanya? Dengan memulai menerima dan menyadari bahwa menjadi orangtua memang bukan suatu perkara yang mudah.Â
Bukankah kamu juga mengetahui bahwa orangtuamu tidak memiliki tempat belajar menjadi orangtua? Mereka hidup dengan didikan seadanya. Mereka tumbuh dengan sendirinya. Maafkan mereka, pergi hanya jika orangtuamu menyuruhmu untuk berhenti melaksanakan hak Allah. Pergi hanya jika orangtuamu membuatmu menyekutukan Allah.Â
Mereka memang tak sebaik malaikat, bagi orang lain mungkin ia jahat, cerewet, temperamen, galak, toxic. Tapi mereka bertahan membuatmu tumbuh. Ibumu bersedia melahirkan, menyusui, dan mendidikmu semampu mereka. Lalu ketika mereka melukaimu karena lukanya yang sebenarnya tidak pernah ia perlihatkan padamu. Apakah membencinya adalah jawaban paling baik?
Mungkin, dia hanya butuh di dengarkan. Dia butuh di validasi tentang usahanya. Mereka butuh diyakinkan bahwa anak-anaknya masih menyayanginya. Ia telah hidup untuk menyayangimu dengan semampu yang ia bisa. Kenapa tidak kita memaafkan mereka agar tumbuhmu menjadi lebih sempurna. Agar nanti Kau tidak memberikan luka serupa. Agar nanti anak-anakmu memaafkan setiap kekuranganmu. Apa kau yakin mampu menjadi orangtua yang sempurna untuk anak-anakmu?
Maafkan mereka, mereka menyayangimu, tapi mungkin mereka tidak memiliki cara terbaik untuk menunjukannya seperti harapanmu. Maafkan orangtuamu, mereka ingin mewujudkan impianmu, tapi mereka tidak selalu tau caranya.Â
Mungkin satu-satunya untuk melindungimu agar tidak terluka adalah membatasi impianmu, agar kau aman terjaga dan tetap ada dalam dekapannya. Mereka menyayangimu, lalu setega itukan untuk tidak memaafkannya?