Mohon tunggu...
M Sakti Garwan
M Sakti Garwan Mohon Tunggu... Human Resources - Indonesia, Maluku Utara, Ternate

Mahasiswa Magister UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini

12 Maret 2020   06:26 Diperbarui: 12 Maret 2020   07:19 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perihal seksualitas sendiri perlu untuk tekankan, dikarenakan masih banyaknya perilaku seksualitas yang disalurkan tidak pada tempatnya, semisal perilaku homoseksual (menyukai sesama jenis), walaupun hal ini dianggap beberapa kalangan sebagai penyakit, maka sudah seharusnya untuk dicegah sedari awal. Untuk seksualitas sendiri dijelaskan oleh Foucault, filsof Prancis dalam pemikirannya tentang "Seksualitas", terbagi dalam beberapa klasifikasi dalam setiap zamannya; 

(1) Zaman Greco-Roman: Ars Erotica, setiap orang diberi kebebasan untuk memaknai kehidupan seksnya dengan tetap berpegang tegung pada prinsip kewaspadaan. 

(2) Zaman Otoritarianisme Gereja: Dipandang sebagai tabu (sakral), tidak boleh dbicarakan di tempat umum, direpresi, sehingga malah memicu hasrat rasa ingin tahu. 

(3) Zaman Modern: Sciential Sexualis: Analisa teoritis terhadap setiap gejala seksual yang muncul dalam diri manusia, seks mulai dibebaskan dari "jeruji" kontrol yang represif dan bergerak menuju suatu ruang klinis yang sarat dengan rumusan-rumusan teori yang baku. 

(4) Zaman Kontemporer: Komoditas yang mengutamakan keuntungan bagi para pemilik modal dan kepuasan hasrat bagi para pembeli, penikmat dan sebagainya.

Dapat dilihat dari segi zaman kontemporer, seksualitas sudah menjadi komoditas yang mengutamakan keuntungan bagi para pemilik modal dan kepuasan hasrat bagi para pembeli, penikmat dan sebagainya, hal ini dapat dilihat oleh fakta tentang maraknya tempat prostiusi, baik offline maupun online. Maka, sudah sewajarnya pendidikan seks kepada anak usia dini dianggap sangat penting untuk menjadi pencegahan dini dan berlanjut pada pendidikan seksualitas agar anak pada masa perkembangannya sampai masa remaja dan dewasa tidak terjerumus ke hal-hal yang salah terkait seks itu sendiri.

Dalam hal fakta masyarakat tentang kemunculan wacana pendidikan seks itu sendiri, pada kenyataannya sudah dilakukan, walaupun perlu adanya upaya pengawasan lebih lanjut, apalagi untuk orang tua yang memiliki kesibukan di luar rumah dan kurang mempunyai waktu dengan anak. Hadirnya wacana ini pula dapat menjadi penyadaran dan counter terhadap fenomena yang terjadi dan semakin melunjak dari waktu ke waktu, sehingga dapat diintensifkan kembali dan membutuhkan kerjasama antara sesama di kalangan masyarakat umum maupun di ruang lingkup pendidikan (baca: sekolah).

Azizah Kumalasari memberikan pertanyaan tentang bagaimana proses atau metode pendidikan seks ketika diberikan kepada anak. Hal ini dinilai penting agar tidak menjadi salah pemahaman oleh anak. Kebutuhan atas strategi pendidikan seks, sebagaimana pendidikan dengan materi apapun, tentu juga harus disesuaikan dengan tujuan, tingkat kedalaman materi, dan usia anak. Pendidikan seks kepada anak ini dapat lebih dirujuk atau diberikan kepada orang tua, agar hendaknya mempersiapkan diri dengan menambah pengetahuan untuk menghadapi pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan anak, sehingga anak dapat memperoleh jawaban yang memuaskan dan rasional menurut mereka.

Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh Dwiki dengan memberikan visualisasi yang pernah ditunjukan oleh seorang psikolog Amerika, yakni menggunakan media mainan anak seperti boneka untuk dibuat ilustrasi agar anak dapat cepat mengerti dan paham. Karena anak tentu dia dapat memahami dengan cepat ketika pembelajaran yang dipakai sesuai dengan pola dan tingkatan usianya. Semakin dini diperkenalkan akan semakin baik. Tidak perlu khawatir anak tidak mampu menangkap karena otak anak bagaikan jendela yang terbuka dan selalu siap menerima meski tidak langsung dimanfaatkan atau dipahami. Wacana ini sebaiknya juga berlanjut ke ranah seminar atau pembiasaan di kalangan lembaga swadaya masyarakat agar dapat melangsungkan dan membimbing generasi yang terdidik, terutama dalam hal seks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun