Pernahkah pembaca yang bijak bertemu atau punya teman yang memiliki sifat Arogan ?
Saya rasa, saya tidak perlu membuka kamus untuk menjelaskan arti dan makna dari Arogan tersebut karena saya yakin semua pembaca yang membaca artikel ini, adalah pembaca-pembaca yang keilmuannya tidak lagi diragukan.Â
Di sini, saya hanya ingin berbagi pengalaman saat bertemu dengan orang yang arogan, tidak memiliki maksud dan tujuan lain. Semua pengalaman ini , Insya Allah akan menjadi hikmah yang bisa kita ambil pelajarannya.
Dua orang teman yang tidak saling sapa lagi karena terlalu banyak masalah yang melatar belakangi. Dan peran saya tidak untuk menghakiminya tapi hanya mendengarkan ceritanya.Â
Dari awal sampai akhir cerita dan ceritanya itu belum berakhir sampai sekarang. Saya mengikutinya dengan cermat. Bahwa ke aroganan seseorang tiba-tiba hadir dan melibatkan banyak orang atas konflik yang terjadi.
Saya berpikir bahwa, jika saja salah satu pihak untuk 'diam' dan tidak mengobarkan api kebencian kepada setiap orang. Tentu saja, masalah ini tidak akan panjang. Namun, arogansi yang dimilikinya terlalu besar.
Sebetulnya, orang yang memiliki arogansi adalah orang yang tidak percaya pada diri sendiri dan terlalu memuja diri sendiri , seringkali merasa dirinya lebih baik, lebih bagus dan lebih dari segalanya.Â
Seperti cerita kuno, disebuah kerajaan ada seorang raja arogan, yang mendengar bahwa ada orang suci yang memiliki kemampuan yang bisa memberikan solusi terbaik dalam setiap masalah. Semua orang memujinya, sang raja-pun merasa iri. Dan berniat untuk 'menjatuhkan' orang suci tersebut.
Sang rajapun memerintahkan agar orang suci tersebut hadir dipertemuan kerajaan untuk membuktikan sekaligus menjatuhkan orang suci.
Singkat cerita, Orang suci tersebut bertemu dengan sang raja. Dan raja menyambutnya dengan penuh arogan. Lalu , bertanya 'apakah engkau tahu apa yang ada digenggaman tanganku ?' Orang suci menjawab,' seekor semut kecil yang malang'
Kemudian, sang raja bertanya lagi, 'Apakah semut ini mati atau hidup'? Sang raja sengaja mempertontonkan ke- aroganan nya hanya demi popularitas diri.Â
'Semut tersebut mati!' Orang suci sengaja menjawab bahwa semut itu mati karena ia tahu bahwa jika ia menjawab hidup, maka ia akan menggenggam erat semut itu dan membunuhnya.Â
Raja pun merasa sangat puas bahwa arogannya terpenuhi. 'Aku tidak suka menukar sebuah nyawa dengan pengakuan, dan engkau mengetahui sebenarnya' bisik orang suci dengan halus. Namun bagi sang raja kata-katanya bagaikan cambuk yang telah melukai hati dan harga dirinya sekaligus membuat ia merasa sangat bersalah.Â
Sang rajapun jatuh sakit setiap kali melihat semut. Dan sakitnya bertambah parah. Kembali orang suci dipanggil untuk menyembuhkan sang raja. Obatnya hanya satu, 'kejujuran'.
Pembaca yang budiman apa korelasi arogan dengan kejujuran ? Sikap arogan membuat hati rusak dan menggunakan berbagai cara meskipun kecurangan  untuk memenuhi hasratnya termasuk kebohongan.
Di bulan suci, yang penuh rahmat Allah S.W.T , mengapa kita harus memelihara sifat arogansi ?
Dua sahabat yang saling tak tegur sapa, karena salah satunya menunjukkan sikap arogan yang jelas. Hanya karena ingin sebuah pengakuan.
'Dan janganlah kamu memalingka wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri' (q.s Luqman .18)
Hari ke tiga belas
Aghoesthine, dalam renungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H