'Semut tersebut mati!' Orang suci sengaja menjawab bahwa semut itu mati karena ia tahu bahwa jika ia menjawab hidup, maka ia akan menggenggam erat semut itu dan membunuhnya.Â
Raja pun merasa sangat puas bahwa arogannya terpenuhi. 'Aku tidak suka menukar sebuah nyawa dengan pengakuan, dan engkau mengetahui sebenarnya' bisik orang suci dengan halus. Namun bagi sang raja kata-katanya bagaikan cambuk yang telah melukai hati dan harga dirinya sekaligus membuat ia merasa sangat bersalah.Â
Sang rajapun jatuh sakit setiap kali melihat semut. Dan sakitnya bertambah parah. Kembali orang suci dipanggil untuk menyembuhkan sang raja. Obatnya hanya satu, 'kejujuran'.
Pembaca yang budiman apa korelasi arogan dengan kejujuran ? Sikap arogan membuat hati rusak dan menggunakan berbagai cara meskipun kecurangan  untuk memenuhi hasratnya termasuk kebohongan.
Di bulan suci, yang penuh rahmat Allah S.W.T , mengapa kita harus memelihara sifat arogansi ?
Dua sahabat yang saling tak tegur sapa, karena salah satunya menunjukkan sikap arogan yang jelas. Hanya karena ingin sebuah pengakuan.
'Dan janganlah kamu memalingka wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri' (q.s Luqman .18)
Hari ke tiga belas
Aghoesthine, dalam renungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H