Natsir menghendaki model pemerintahan demokratis yang mengedepankan ketertiban, keadilan, dan kesejahteraan bagi masyarakat tanpa membedakan agama, ras, dan suku bangsa. Natsir menekankan persatuan agama dan nergara dalam pemerintahan; ia juga menyatakan bahwa demokrasi itu sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu, ia juga melihat bahwa demokrasi sesuai dengan realitas masyarakat Indonesia yang berlandaskan kedaulatan rakyat (Muslimah, H, 2008).
Natsir seringkali memiliki pandangan politik yang sangat berlawanan dengan pandangan Sukarno. Meski demikian, ketika revolusi fisik terjadi (Agustus 1945-desember 1949), Natsir berdiri di belakang dwi tunggal Sukarno Hatta. Natsir adalah seorang partisipan yang aktif dalam barisan pimpinan tertinggi revolusi bersama dwitunggal.
Peranan Natsir menjadi sangat penting terutama menyelamatkan Republik Indonesia yang baru diproklamasikan,dengan menyerukan persatuan bangsa dan kesatuan negara tanpa memandang suku, agama, dan ras. Hal ini dijalani Natsir dengan mosi integralnya yang selanjutnya membawanya kejenjang kedudukan sebagai perdana mentri pertama NKRI pada tahun 1950 (Setyaningsih, E, 2016).
Natsir adalah sosok yang lebih condong mewujudkan gagasannya tentang negara Islam melalui jalan legal konstitusional. Beliau lebih memilih cara yang sesuai dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar (UUD) yang tengah berlaku. Hal ini tentunya memudahkan beliau dalam menyampaikan pemikirannya dan menghindari pertentangan-pertentangan yang serius dengan berbagai komponen bangsa lainnya (Iskandar, I, 2015). Natsir betapa di awal kemerdekaan semua bapak bangsa berjuang tulus mempertahankan Republik yang masih bayi. "Ketulusan di antara kami amat tinggi dan perbedaan tidak ditonjolkan" (Tempo, 2016).
Sentimen ideologis Islam versus Pancasila cenderung terjadi. Natsir memberikan asumsi yang menarik bahwa tidak selalu menegasikan antara keduanya secara diametral. Natsir mengisyaratkan kesesuaian Pancasila dengan Islam. Pada 1982, ketika teks buku Pendidikan Moral Pancasila yang kontroversial itu sedang hangat-hangatnya dibicarakan, ia mengatakan, "Pancasila akan hidup subur dalam pangkuan ajaran Islam". Rasa-rasanya Natsir memang merupakan patronase dari nilai-nilai pancasila sebagaimana diungkap Yudi Latief dalam Sekolah Pemikiran Bapak Bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Badri, A, 2020. Pemikiran Muhammad Natsir Tentang Agama dan Negara. Ri'ayah, Vol. 5, No. 02, Juli-Desember 2020.
Gufron, 2016. Negara Islam: Studi Terhadap Pemikiran Politik Mohammad Natsir.
Iskandar, I, 2015. Pemikiran Politik Muhammad Natsir Tentang Hubungan Islam dan Negara. Jurnal Transnasional, Vol. 6, No. 2, Februari 2015.
Muslimah, H, 2008. Muhammad Natsir dan Pemikirannya Tentang Demokrasi. Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.