Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Usamah

17 Mei 2023   12:30 Diperbarui: 17 Mei 2023   12:48 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Disini dulu banyak ikan julung, gampang sekali kalau dikail, bahkan mudah sekali didapat. Sekarang agak sulit"

            Aku agak heran juga, disini, mie instan dianggap makanan spesial untuk disajikan ke tamu, sekiranya begitu. Padahal ada ikan julung yang bisa disajikan. Ikan julung yang diasar (difufu).

            Setelah menginap sehari, aku langsung balik. Naik kapal yang akan tiba dari Kota T, Kabupaten HU. Menuju Desa B, Kabupaten HT, tempat awal aku tiba. Aku akan melanjutkan pemantauan tugasku di LSM, memantau pemberian makanan tambahan. Dalam perjalanan ku lihat lagi orang-orang naik ke perahu kecil untuk menuju ke kapal ini, mungkin karena ombaknya deras, dan dermaga belum dibangun. Ku lewati Desa L, bagian dari wilayah kecamatan MU, disini banyak turis, entah apa yang dilakukan para bule itu. Bahkan selama balik ku temui bule yang bisa berbahasa Tobelo dalam. Ah, aku tak terlalu mengerti.

            Aku naik ke kantin kapal. "Mas, berapa mie instan ini?" ku tanya pada penjual, dan hanya makanan itu yang ada. Ada beberapa orang yang duduk di belakang ini. Ada yang merokok, ada juga yang makan, ada yang minum kopi, atau ada yang sekedar duduk menikmati angin, sambil melihat latar kapal. Dan semua melihat orang-orang yang naik perahu kecil menuju ke kapal ini.

"Orang lain disana sudah naik pesawat, tong (kami) disini masih naik perahu baru menuju naik kapal", kata seorang bapak berkumis, dengan tertawa.

Dilihat-lihat kapal menunggu, kadang perahu belum kesini, "Ini kalau ada jaringan tinggal telepon suruh kesini, ini jaringan me tarada (jaringan juga tidak. Orang lain sudah internet disini kita masih jaringan tidak ada", seorang bapak lagi berkata.

Aku hanya melihat, terkadang, beberapa kali, aku mendengar mereka juga berbicara tentang proyek, proyek pembangunan gedung sekolah, dan lainnya. Aku lihat lagi orang-orang dari desa ke desa. Kadang-kadang mereka mungkin bahagia, hidup di tempat yang tak ada jaringan. Bahagia dengan keadaan. Mereka orang-orang introver, atau memang keadaan yang membuat demikian.

            Perjalanan 8 jam, aku tiba kembali di Desa B. Rencana besok aku ke Desa E, wilayah kerja puskesmas N. Perjalanan dari Desa B ke wilayah kerja puskesmas N, kurang lebih tiga jam dengan mobil sebagai transportasi. Aku kebanyakan tertidur dan berpikir selama perjalanan. Setiba di wilayah kerja puskesmas N, aku menyampaikan maksudku, untuk turun pemantauan. Ada petugas yang turut bersamaku, memantau beberapa balita.

            Ternyata sebagian besar balita gizi kurus, disini pekerja orang tuanya adalah tani. Mungkin mereka bukan petani modern yang dapat banyak keuntungan, hanya petani biasa. Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga, sebagian yang ku temui demikian.

Ku coba tanya-tanya, "Apa ada dapat bantuan sosial begitu?". Walaupun ini bukan bagian dari pertanyaan dalam pemantauan. Aku hanya ingin bertanya saja mengenai itu.

"Tak ada, tak ada", sebagian kata dari mereka. Ku pikir bantuan sosial dari dinas terkait semisal Dinas Sosial ada, ternyata tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun