Mohon tunggu...
mr.x
mr.x Mohon Tunggu... Freelancer - -

Blogspot resmi: https://mrxkomp.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dilema Presiden Kala PVK-19

4 April 2020   12:16 Diperbarui: 10 Juni 2020   07:24 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi sedang tepuk jidat(jurnalnews.id)

"Taruh kaki kalian di sepatu Jokowi" (Try to put yourselves in Jokowi's shoes, sebuah kalimat ungkapan bahasa Inggris yang berarti 'coba taruh diri kalian di posisi orang yang dibicarakan')

Apakah para netizen bisa menahan pilu jokowi selama bertahun-tahun dihina oleh kalian, wahai netizen negara berflower dan so so advanced +62 yang sangat malas membaca, juga hobinya gosip, hoax, dan nyirnyir jokowi yang sangat teguh dan tidak "baperan" menghadapi bulan-bulanan para netizen yang jumlahnya lebih banyak daripada realitanya. Surga ada di telapak kaki ibu, tapi kok ibu orang lain diejek? Betul kata dosen penulis, tangan netizen lebih cepat daripada mata dan otak mereka.

Menjadi seorang presiden itu bagai main gin strategi yang berat, bukan hanya mobile legends(yang penuh dengan plagiarisme dan penunan kualitas demi "profit"), dan bisa saja catur dalam satu dua hal. Satu langkah saja salah, negaralah yang jadi kena efeknya dan akan berimbas pada dirinya sendiri dan rakyat. Ini kenapa jokowi menjadi seolah orang yang tidak tegas, karena tegas menurut para netizen adalah langsung lockdown dari januari tanpa pikir panjang apa konsekuensi dibalik ini. Yakni, kerusuhan, potensi rakyat yang tidak mau mengikuti perintah(para netizen negara berflower +62), dan berbagai lain hal.

Lockdown dan social distancing sama sama akan membuat korban jiwa dan ekonomi indonesia melemah secara signifikan sebagai efek dari pengambilan keputusan. Hasil dari kedua keputusan ini juga akan menentukan supply chain dan arus logistik bagi negara ini karena lockdown akan melumpuhkan semua untuk sementara waktu dan social distancing tetap menjalankan suplly chain. Ingat, indonesia punya berbagai macam kondisi sosial dan kondisi ekonomi di setiap tempatnya, jadi belum tentu lockdown adalah solusi utama bagi indonesia. Jika orang mulai kelaparan, mereka tidak akan berpikir logis lagi dan mulai menjarah demi mendapatkan makanan.

Mengembalikan Ekonomi itu bisa, namun mengembalikan orang itu tidak bisa? Oke, ini kalimat dari Presiden Ghana. Namun, negara mereka jika dibandingkan dengan Indonesia, jauh lebih kecil dan kontrolnya jauh lebih mudah serta mulut yang harus diberi makan oleh pemerintah Ghana tidak sebanyak orang Indonesia. Ujungnya sama saja bohong, kedua solusi ini sama sama men-drop ekonomi dan men-drop jumlah orang yang ada di dunia ini, hanya saja salah satu solusi lebih timpang daripada solusi yang lain yang timpangannya juga berbeda.

Tidak ada ketakutan yang ingin diciptakan dari ini, para netizennya saja yang terlalu paranoid terhadap COVID-19 atau PVK-19. Ini adalah situasi dimana "cepat mengambil keputusan" itu sangat sangat haram, bukan mau menggunakan, "Jangan sampe Indonesia jadi Italia II" sebagai alasan. Tapi, kembali di paragraf diatas, setiap langkah itu sangat penting. 

Jangan pikirkan makanan gratis menunggu kalian, suplai Indonesia tidak akan pernah cukup untuk masyarakatnya yang jutaan, beda dengan Korea, Jepang, Italia, dan lain-lain yang jumlah orangnya lebih sedikit dari Indonesia atau Amerika yang jumlah budgetnya 30 kali atau lebih daripada Indonesia, budget (faktanya di atas, Sebetulnya penulis tidak tahu apakah kas Negara = 100 Triliun Rupiah atau 2,2 Ribu Trilliun Rupiah, tapi tergantung mana yang benar, statement 30x daripada Indonesia berlaku jika asumsi "2,2 Ribu Triliun Rupiah = kas negara" itu benar, jika tidak, maka berlipat ganda adalah jawabannya). 

"Tidak ada mata uang yang lebih hebat daripada ketakutan, karena ketakutan adalah mata uang dari kekuasaan."(Suku Kalimat pertama bikinan penulis tapi suku kalimat kedua berasal dari sini)


Lihat video diatas dan cari pesannya yang menyatakan kalau netizen jangan teurs nyirnyir pemerintahan sekarang dan penulis punya alasan lain kenapa dia setuju dengan pernyataan dr. Tirta. Ada dua kota yang sekarang mulai pulih, yakni Wuhan dan Daegu. Penulis ingat kalau Daegu sempat parah karena korona namun perlahan dan pasti pulih karena rakyatnya yang patuh(tidak seperti netizen negara berflower dan so so advanced +62). Begitu pula dengan wuhan yang juga memang dari pemerintahnya agak kuat dan masyarakatnya tidak banyak yang berkomentar, sehingga dua negara ini bisa fokus penuh pada pemulihan.

Kalau melihat dua contoh diatas dan tiga contoh negara yang rakyatnya bandel bisa diambil kesimpulan kan? Kesimpulannya adalah rakyatnya juga yang berpengaruh dalam kontrol siklus perkembangan COVID-19, bukan hanya presiden atau pemerintah yang dibulan-bulankan oleh Netizen Negara Berflower +62 yang maha bandel bahkan sampai tetap mudik di tengah pandemi.

Ingat, sekarang bukan hanya presiden yang kerja, tapi rakyat, dokter, dan semuanya harus kerja sama dan laksanakan social distancing bagi yang perlu, yang ngak bisa, usahakan lakukan langkah preventif diluar dan jangan ganggu pemerintah dengan gugatan atau hal-hal tak penting. Ingat, kalian sendiri yang menentukan nasib kalian, bukan presiden, bukan tuhan, tapi kalian sendiri. Salah satu dosen penulis menyatakan, "hidup itu kita yang tentukan, tuhan hanya memberikan pilihan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun