Mohon tunggu...
Wahyu Catur Prasetyo
Wahyu Catur Prasetyo Mohon Tunggu... Model - Penulis Pemula

MC (Emcee), Model, English teacher, Duta Donor Darah PMI Kota Yogyakarta 2016, L-TransforMen L-Men 2010

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Keseimbangan ala GM Lounge

29 Oktober 2017   23:55 Diperbarui: 30 Oktober 2017   07:05 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya sedang menikmati V60, sementara Mas Adit sedang memilihkan menu bagi Kompasianer Jogja. (Dokumentasi Kompasiana Jogja by Agata Vera)

Sebenarnya, hari Minggu 22 Oktober 2017 yang lalu itu saya tidak ingin mengisi akhir pekan saya dengan drama.No, bukan Drama Korea. Saya hampir tidak pernah bisa mengerti alur jalan cerita Drama Korea. Apalagi pemeran utama pria dan wanitanya mirip. Sama-sama cantik. Ups....

Drama yang saya maksudkan itu adalah kemacetan Jogja. Well, ternyata saya tetap mengalaminya juga. Mobil taksi daring yang saya tumpangi terjebak macet di jalan yang memang menjadi salah satu spot favorit kemacetan Jogja. Adalah Jalan Gejayan, atau ada yang sudah menyebutnya Jalan Affandi mungkin, yang membuat kendaraan beroda empat -dengan saya- di dalamnya itu, diam tak bergerak nyaris 10 menit. Padahal, saya harus berada di Hartono Mall tepat pukul 10:45 WIB, sementara jarum arloji saya menunjukkan waktu 10:32. Okay, memang dari perempatan Gejayan-Condong Catur ke Hartono Mall hanya terbilang 2 menit. Itu kalau jalanan lancar. Lha ini kan macet.

Kemudian driver taksinya menenangkan saya dengan menyatakan "Sudah, mas, tenang saja. Bentar lagi juga sampai." Saya hanya membalas ucapan pak driver dengan senyuman. Saya sendiri tidak yakin sebenarnya apakah saya akan sampai di tempat tujuan saya tepat waktu. "Ada acara apa di Hartono Mall, mas?" tanya pak driver mencoba memecahkan kegalauan saya. "Ada undangan makan siang bareng, pak, sama temen-temen dari Kompasiana Jogja" jawab saya.

Perbincangan kami pun berlanjut membahas tentang apa itu Kompasiana, termasuk tentang beberapa acara lokal Kompasiana Jogja yang pernah saya ikuti. Terselip juga dalam perbincangan kami mengenai beberapa undangan acara Kompasiana Jogja yang terlewatkan karena kesibukan saya yang tidak matching dengan acara-acara tersebut. Sedihnya.

Singkat kata, akhirnya saya sampai juga ke Hartono Mall dan langsung menuju ke GM Lounge yang setahu saya sih ada di bagian utara Hartono mall lantai utama. Begitu saya menginjakkan kaki di area beranda mall tersebut, saya langsung dapat menemukan letak GM Lounge berada.

Dokumentasi Kompasiana Jogja by Agatha Vera
Dokumentasi Kompasiana Jogja by Agatha Vera
Dengan bentuk arsitektur dalam ruangan yang ditata persis menyerupai rumah gaya Indonesia tahun 80an, yang sebagian juga berada di teras mall, menimbukan kesan nostalgia sejak pertama kali saya menghirup atmosfer yang ingin diusung oleh GM Lounge. Mas Adit, yang merupakan Public Relation dari GM Lounge menyambut kami, 10 Kompasianer Jogja terpilih, satu per satu dengan ramah. 

Mas Adit pun menjelaskan bahwa konsep nostalgia memang yang ingin diusung oleh GM Lounge, mengiyakan pendapat saya tadi. Beliau pun menyatakan bahwa menu yang disajikan oleh GM Lounge menggunakan tema Indonesia Authentic, yakni menghadirkan masakan khas Indonesia dari berbagai daerah dengan menggunakan resep asli. Sehingga, kami, para tamu GM Lounge akan merasakan masakan dengan rasa yang nyaris sama dengan yang dihadirkan di tempat asal masakan tersebut. 

Semisal Soto Betawi ala GM Lounge, maka rasa soto dan penampilannya akan sama persis dengan rasa Soto Betawi dari Jakarta. Pun demikian dengan makanan khas daerah lain dari Indonesia seperti Ayam Goreng Matah khas Bali, Rawon Bungkul khas Surabaya, Coto Makassar, dan menu-menu lezat lainnya, akan disajikan oleh tangan dingin chef GM Lounge dengan rasa yang sama plek-ketiplek dengan menu yang sama dari daerah asal makanan tersebut. 

Setelah berdiskusi selama beberapa waktu, Mas Adit dan Mak Vera (koordinator acara Dolan Kuliner kali ini) memilihkan menu Ayam Goreng Lengkuas untuk saya. Yang akan ditemani dengan minumannya adalah kopi hitam V60. Ah....saya jadi tidak sabar untuk mencecapnya ke dalam mulut saya.

Saya sedang menikmati V60, sementara Mas Adit sedang memilihkan menu bagi Kompasianer Jogja. (Dokumentasi Kompasiana Jogja by Agata Vera)
Saya sedang menikmati V60, sementara Mas Adit sedang memilihkan menu bagi Kompasianer Jogja. (Dokumentasi Kompasiana Jogja by Agata Vera)
Sembari menunggu menu makanan kami dimasak satu per satu, beberapa teman saya sesama Kompasianer sibuk memfoto interior dan eksterior ruangan GM Lounge tersebut, termasuk sahabat saya Sasha Ransel Hitam dan Miss Mini Geka. Sementara saya, lebih memilih untuk mengisi waktu dengan berbincang bersama Mas Adit dan karyawan GM Lounge, sambil sesekali memeriksa media sosial yang (lagi-lagi) dipenuhi drama oleh orang-orang yang berada dalam daftar media sosial saya. 

Sejenak saya lepaskan penat saya dari drama yang saya hadapi dari media sosial, ketika menu makanan kami disajikan. Ayam Goreng Lengkuas yang menjadi jatah saya hari itu sudah lengkap tersaji di hadapan saya, menyusul kopi hitam V60 yang telah hadir terlebih dahulu.

Ayam Goreng Lengkuas khas Bandung ala GM Lounge. (Dokumentasi Kompasiana Jogja by Agata Vera)
Ayam Goreng Lengkuas khas Bandung ala GM Lounge. (Dokumentasi Kompasiana Jogja by Agata Vera)
Bagi saya, yang hanya mengenal dua istilah untuk makanan yaitu enakdan enak banget ini, Ayam Goreng Lengkuas khas Bandung yang dimasak oleh chef dari GM Lounge ini masuk ke dalam kategori ENAK BANGET. Ayamnya sangat empuk. Digoreng dengan tingkat kematangan sempurna, tidak overcooked sama sekali. Garing, namun tetap lembut. Cocok sekali di lidah saya. Menilik dari tampilannya yang sangat sederhana, sejujurnya saya sempat meng-under estimate menu ini. Saya sempat hendak memberi nilai 7 bintang untuk Ayam Goreng Lengkuas ini. Ternyata, rasa yang tersaji dalam setiap inchi serat daging ayamnya, membuat lidah dan mulut saya seperti sedang menari-nari. Bumbunya meresap sempurna. Aroma lengkuas pun berpadu tepat dengan lezatnya daging ayamnya. Saya pikir nilai 9.5 bintang layak untuk disematkan pada Ayam Goreng Lengkuas ini. Apalagi dengan taburan kremesan yang terbuat dari lengkuas asli, semakin menambah tingkat kesempurnaannya. 

Disajikan dengan Sambal Lombok Ijo -yang sayangnya tidak habis saya cecap, karena saya masih belum berani bermain-main dengan sambal pasca radang tenggorokan beberapa waktu lalu- melengkapi godaan yang disajikan oleh Ayam Goreng Lengkuas ala GM Lounge ini. Gurih sekali.

Tanpa sadar, sudah dua porsi nasi putih sudah tandas ke dalam mulut saya, untuk menemani saya menghadapi tantangan GM Lounge untuk menyikat habis Ayam Goreng Lengkuas ini. Saat meminta tambahan nasi putih pada karyawan GM Lounge, saya harus berhadap-hadapan dengan dua Kompasianer lainnya, yaitu Mak Vera dan Dimas, yang sama-sama meminta tambahan nasi putih untuk menemani menu mereka masing-masing. Drama lagi dech.

Melengkapi menu Ayam Goreng Lengkuas, telah tersaji di hadapan saya sebuah bejana kaca mungil berbentuk vas bunga, yang berisikan cairan berwarna hitam pekat beraroma wangi. Yang adalah Kopi V60. Kopi hitam ini merupakan jenis kopi Sumatra Karo varietas Arabica yang diproses secara mannual brew, menghasilkan aroma yang lembut namun tetap kuat, namun tanpa ampas sama sekali di dasar bejana kaca tersebut.

Kopi hitam V60 ala GM Lounge. (Dokumentasi Pribadi)
Kopi hitam V60 ala GM Lounge. (Dokumentasi Pribadi)
Ketika saya tuangkan kopi tersebut pada gelas kaca tebal -yang berpadu cantik dengan tatakan porselin putih nan cantik-, yang pertama kali saya lakukan adalah menghirup aromanya. Sangat lembut, wangi. Amat berbeda dengan aroma kopi instan sachetan yang biasa saya nikmati saban pagi. Dan ketika cairan hitam tersebut memasuki rongga mulut saya, sekejap setiap setiap sel dalam lidah saya merasakan rasa pahit yang luar biasa pekat. Namun rasa pahit yang tajam tersebut hanya sesaat, karena setelah itu, hanya aftertaste rasa nyaman dalam mulut dan rasa tawar yang tertinggal. Bahkan di tenggorokan saya pun sama sekali tak ada rasa pahit yang terdeteksi. Benar-benar merupakan kopi kaya rasa yang luar biasa, mengingat tampilan dari kopi hitam ini yang sangat sederhana. Kontras sekali dengan karakter saya.

Dan setelah kami -para Kompasianer Jogja- mengobrak-abrik menu kami masing-masing, dan juga mengabadikan moment kebersamaan kami melalui tangkapan kamera -sebuah agenda wajib bagi kami-, kami pun berpamitan kepada mas Adit dan seluruh karyawan GM Lounge. Sebuah pengalaman yang luar biasa bagi saya hari itu. Mengingat karakter saya yang begitu hiperbolis, lebay, dan too much drama, harus menghadapi sekaligus dua menu yang sangat sederhana -sederhana dalam tampilan namun sangat kaya akan rasa-. Memang, dalam kehidupan kita sebagai manusia, segala sesuatu itu idealnya harus seimbang dan berimbang. Dan hari itu saya berhasil merasakan keseimbangan itu, keseimbangan ala GM Lounge yang disajikan lewat Ayam Goreng Lengkuas dan kopi hitam V60. Perfecto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun