Sebenarnya, hari Minggu 22 Oktober 2017 yang lalu itu saya tidak ingin mengisi akhir pekan saya dengan drama.No, bukan Drama Korea. Saya hampir tidak pernah bisa mengerti alur jalan cerita Drama Korea. Apalagi pemeran utama pria dan wanitanya mirip. Sama-sama cantik. Ups....
Drama yang saya maksudkan itu adalah kemacetan Jogja. Well, ternyata saya tetap mengalaminya juga. Mobil taksi daring yang saya tumpangi terjebak macet di jalan yang memang menjadi salah satu spot favorit kemacetan Jogja. Adalah Jalan Gejayan, atau ada yang sudah menyebutnya Jalan Affandi mungkin, yang membuat kendaraan beroda empat -dengan saya- di dalamnya itu, diam tak bergerak nyaris 10 menit. Padahal, saya harus berada di Hartono Mall tepat pukul 10:45 WIB, sementara jarum arloji saya menunjukkan waktu 10:32. Okay, memang dari perempatan Gejayan-Condong Catur ke Hartono Mall hanya terbilang 2 menit. Itu kalau jalanan lancar. Lha ini kan macet.
Kemudian driver taksinya menenangkan saya dengan menyatakan "Sudah, mas, tenang saja. Bentar lagi juga sampai." Saya hanya membalas ucapan pak driver dengan senyuman. Saya sendiri tidak yakin sebenarnya apakah saya akan sampai di tempat tujuan saya tepat waktu. "Ada acara apa di Hartono Mall, mas?" tanya pak driver mencoba memecahkan kegalauan saya. "Ada undangan makan siang bareng, pak, sama temen-temen dari Kompasiana Jogja" jawab saya.
Perbincangan kami pun berlanjut membahas tentang apa itu Kompasiana, termasuk tentang beberapa acara lokal Kompasiana Jogja yang pernah saya ikuti. Terselip juga dalam perbincangan kami mengenai beberapa undangan acara Kompasiana Jogja yang terlewatkan karena kesibukan saya yang tidak matching dengan acara-acara tersebut. Sedihnya.
Singkat kata, akhirnya saya sampai juga ke Hartono Mall dan langsung menuju ke GM Lounge yang setahu saya sih ada di bagian utara Hartono mall lantai utama. Begitu saya menginjakkan kaki di area beranda mall tersebut, saya langsung dapat menemukan letak GM Lounge berada.
Mas Adit pun menjelaskan bahwa konsep nostalgia memang yang ingin diusung oleh GM Lounge, mengiyakan pendapat saya tadi. Beliau pun menyatakan bahwa menu yang disajikan oleh GM Lounge menggunakan tema Indonesia Authentic, yakni menghadirkan masakan khas Indonesia dari berbagai daerah dengan menggunakan resep asli. Sehingga, kami, para tamu GM Lounge akan merasakan masakan dengan rasa yang nyaris sama dengan yang dihadirkan di tempat asal masakan tersebut.Â
Semisal Soto Betawi ala GM Lounge, maka rasa soto dan penampilannya akan sama persis dengan rasa Soto Betawi dari Jakarta. Pun demikian dengan makanan khas daerah lain dari Indonesia seperti Ayam Goreng Matah khas Bali, Rawon Bungkul khas Surabaya, Coto Makassar, dan menu-menu lezat lainnya, akan disajikan oleh tangan dingin chef GM Lounge dengan rasa yang sama plek-ketiplek dengan menu yang sama dari daerah asal makanan tersebut.Â
Setelah berdiskusi selama beberapa waktu, Mas Adit dan Mak Vera (koordinator acara Dolan Kuliner kali ini) memilihkan menu Ayam Goreng Lengkuas untuk saya. Yang akan ditemani dengan minumannya adalah kopi hitam V60. Ah....saya jadi tidak sabar untuk mencecapnya ke dalam mulut saya.
Sejenak saya lepaskan penat saya dari drama yang saya hadapi dari media sosial, ketika menu makanan kami disajikan. Ayam Goreng Lengkuas yang menjadi jatah saya hari itu sudah lengkap tersaji di hadapan saya, menyusul kopi hitam V60 yang telah hadir terlebih dahulu.
Disajikan dengan Sambal Lombok Ijo -yang sayangnya tidak habis saya cecap, karena saya masih belum berani bermain-main dengan sambal pasca radang tenggorokan beberapa waktu lalu- melengkapi godaan yang disajikan oleh Ayam Goreng Lengkuas ala GM Lounge ini. Gurih sekali.
Tanpa sadar, sudah dua porsi nasi putih sudah tandas ke dalam mulut saya, untuk menemani saya menghadapi tantangan GM Lounge untuk menyikat habis Ayam Goreng Lengkuas ini. Saat meminta tambahan nasi putih pada karyawan GM Lounge, saya harus berhadap-hadapan dengan dua Kompasianer lainnya, yaitu Mak Vera dan Dimas, yang sama-sama meminta tambahan nasi putih untuk menemani menu mereka masing-masing. Drama lagi dech.
Melengkapi menu Ayam Goreng Lengkuas, telah tersaji di hadapan saya sebuah bejana kaca mungil berbentuk vas bunga, yang berisikan cairan berwarna hitam pekat beraroma wangi. Yang adalah Kopi V60. Kopi hitam ini merupakan jenis kopi Sumatra Karo varietas Arabica yang diproses secara mannual brew, menghasilkan aroma yang lembut namun tetap kuat, namun tanpa ampas sama sekali di dasar bejana kaca tersebut.
Dan setelah kami -para Kompasianer Jogja- mengobrak-abrik menu kami masing-masing, dan juga mengabadikan moment kebersamaan kami melalui tangkapan kamera -sebuah agenda wajib bagi kami-, kami pun berpamitan kepada mas Adit dan seluruh karyawan GM Lounge. Sebuah pengalaman yang luar biasa bagi saya hari itu. Mengingat karakter saya yang begitu hiperbolis, lebay, dan too much drama, harus menghadapi sekaligus dua menu yang sangat sederhana -sederhana dalam tampilan namun sangat kaya akan rasa-. Memang, dalam kehidupan kita sebagai manusia, segala sesuatu itu idealnya harus seimbang dan berimbang. Dan hari itu saya berhasil merasakan keseimbangan itu, keseimbangan ala GM Lounge yang disajikan lewat Ayam Goreng Lengkuas dan kopi hitam V60. Perfecto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H